Rss Feed
Rss Feed

Rabu, 29 Mei 2013

UANG IBU YANG HILANG

"Ibu malah ingin melakukan tes kejujuran pada mereka. Ibu akan taruh uang 300.000 ribu di atas meja rias. Seterusnya Ibu akan perintah Erva dan Ervi secara bergantian untuk mengambilkan sepatu ibu yang ada di kolong tempat tidur. Kalau uang tiga ratus ribu itu hilang, berarti kita perlu perbaiki didikan kita pada Erva dan Ervi. Apa bila uang itu tidak hilang, berarti Alhamdulillah, anak-anak kita masih dipelihara dari perbuatan yang tidak baik."


UANG IBU YANG HILANG

Pagi yang indah. Udara bertiup perlahan, sangat sejuk. Kicau bermacam burung saling sahut di depan rumah keluarga Rustam. Tiap burung yang dipelihara pak Rustam selalu bangun lebih pagi dari penghuni rumahnya.
Bu Rustam terlihat bingung. “Dimana aku taruh uang seratus ribuanku tadi?” Istri pak Rustam itu bertanya-tanya. Ia kehilangan uang seratus ribuan. Lama mencari, Ibu dari si kembar Ervi dan Erva itu semakin penasaran. Jam di dinding kamar sudah menunjuk pukul 06.30 pagi.
Pak Rustam dan kedua anaknya, si kembar Ervi dan Erva sudah menunggu di meja makan. “Ada apa bu, kok tidak turun-turun? Kami kan sudah menunggu dari tadi.” Tanya Erva setelah bu Rustam duduk. Rumah keluarga Rustam memang sangat megah dan berlantai dua.
“Ada apa bu?” Tambah pak Rustam.
“Tadi ibu lama mencari uang yang hilang pak. Seingat ibu, uang itu masih terletak di atas meja sebelum ibu ke kamar mandi. Tapi setelah ibu masuk kamar, tiba-tiba uang hilang.” Ekspresi tegang terlihat pada Ervi dan Erva.
“Sudahlah, nanti dicari lagi. Yang penting, kita makan dulu. Erva dan Ervi harus cepat. Kalian tidak boleh terlambat ke sekolah.” Mereka pun makan dengan lahap nasi goreng dan telur serta susu yang telah disiapkan sejak tadi.
###
Erva dan Ervi duduk di kelas yang sama, sekolah yang sama dan satu meja yang sama pula. Mereka benar-benar si kembar yang kompak. Dimana ada Ervi, disana pasti juga ada Erva.
“Kamu kan pasti yang mengambil.” Tuduh Erva pada Ervi.
“Tidak, malahan kamu yang datang ke meja makan lebih lambat dari pada aku. Jangan-jangan, kamu yang mengambil.” Ervi menuduh balik Erva.
“Kamu.” Erva Rara kembali.
“Kamu.” Balas Ervi.
“Erva! Ervi! Bisa kalian tidak gaduh.” Suara keras pak Davi menghentikan aksi saling tuduh antara Erva dan Ervi. Pak Davi adalah guru bahasa Indonesia di Sekolah Dasar itu.
Saat jam istirahat mereka kembali saling tuduh. Rupanya mereka sama-sama tidak merasa mengambil uang di kamar ibu. Hari itu adalah hari yang sangat tidak nyaman untuk Erva dan Ervi di sekolah.  
###
Jam 02.00 siang, mereka sampai rumah, “Assalamu’alaikum.” Teriak mereka serentak.
“Wa’alikum salam.” Pintu pun terbuka. Pak Rustam menyambut dengan penuh kasih sayang.
Erva dan Ervi langsung pergi ke kamar untuk ganti baju. Setelah itu makan siang diteruskan tidur siang sampe sore. Itulah kegiatan yang mereka lakukan tiap harinya usai pulang sekolah.  
###
Sore hari, sepulang dari kantor, bu Rustam bercakap-cakap santai dengan pak Rustam di teras belakang. Rupanya bu Rustam masih penasaran dengan uang seratus ribunya yang hilang.
“Kira-kira siapa ya pak yang mengambil? Sudah aku cari dimana-mana lho pak. Tetap tidak ada. Apa mungkin Ervi atau Ervi ya?” Tanya bu Rustam.
“Ibu malah ingin melakukan tes kejujuran pada mereka. Ibu akan taruh uang 300.000 ribu di atas meja rias. Seterusnya Ibu akan perintah Erva dan Ervi secara bergantian untuk mengambilkan sepatu ibu yang ada di kolong tempat tidur. Kalau uang tiga ratus ribu itu hilang, berarti kita perlu perbaiki didikan kita pada Erva dan Ervi. Apa bila uang itu tidak hilang, berarti Alhamdulillah, anak-anak kita masih dipelihara dari perbuatan yang tidak baik.”
“Aku setuju bu.” Pak Rustam menyetujui.
### 
Jam lima sore, saat mereka bercengkrama di ruang tengah, bu Rustam tiba-tiba menyuruh Erva untuk mengambilkan sepatu ibu yang ada di kolong meja kamar. Erva bergegas ke kamar Ibu untuk mengambil sepatu.
Erva membuka pintu kamar perlahan. Ia mengambil sepasang sepatu ibu di kolong meja kamar. Tak sengaja ia melihat tiga lembar uang seratus ribuan. Lama Erva memandang uang itu. “Ah, aku hanya disuruh ibu mengambil sepatu, bukan yang lain.” Kata Rara dalam hati. Ia pun berlari memberikan sepatu itu pada ibu.
Setelah itu, pak Rustam mengecek ke kamar ibu diam-diam. Ternyata, uang tiga ratus ribuan masih ada di tempat semula. Pak Rustam pun kembali ke ruang tengah menyusul ibu, Erva dan Ervi.
Tibalah giliran Ervi untuk mengambil sepatu ibu yang lain. “Tolong Ervi, ambilkan sepatu lagi yang berwarna coklat di kolong tempat tidur ibu.” Ervi pun bergegas menuju kamar ibu.
Sesampai di kamar ibu ia langsung melihat uang 300.000 di atas meja. “Ibu kok menaruh uang sembarangan ya.” Pikirnya. Uang itu ditaruhnya di saku. Ervi melangkah, membungkukkan badan menuju kolong tempat tidur. Ia cari sepatu ibu yang berwarna coklat. Tiba-tiba Riri terkejut, ada selembar uang seratus ribuan di dalam sepatu itu.
“Ibu…ibu…” Ervi berteriak keras sambil berlari menuju ruang tengah.
 “Aku menemukan uang ibu yang hilang, ternyata ada di dalam sepatu coklat ini.” Ia pun memberikan uang seratus dan tiga ratus ribuan tadi pada ibu.
Bu Rustam pun terkejut. “Nah, terjawabkan sekarang. Uang seratus ribuan ibu terjatuh, bukan hilang. ” Sahut pak Rustam. “Untuk Erva dan Ervi, tidak boleh saling tuduh tanpa bukti ya. Tidak baik.”

Edy Arif Tirtana

Tidak ada komentar: