Dunia finansial akan ambruk dalam tempo 5 tahun ke depan. Runtuhnya sistem finansial global itu akan berawal pada tahun 2012. Ini diyakini oleh Robert Prechter, pakar analis finansial dari Amerika Serikat, psikolog lulusan Yale University dan juga oleh ekonom kondang Nouriel Roubini yang tahun 2006 lalu dengan cerdas memprediksi akan terjadinya krisis ekonomi global saat ini.
Dalam peran Indonesia sebagai negara berkembang dan negara dengan pangsa pasar yang besar, sudah layaklah kalau Indonesia dijadikan rebutan oleh negara-negara adidaya yang sekarang sudah mengalami krisis ekonomi tersebut. Maka sangat perlu dilakukan pemetaan posisi serta peluang-pelung yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam kondisi ekonomi global seperti sekarang.
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL
Menyambut krisis tersebut, Indonesia hendaknya menyiapkan langkah-langkah antisipatif, karena pada tahun depan akan tergambar setidaknya tiga kondisi dan tantangan bagi perekonomian nasional. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Gedung DPR-RI, Jakarta, Selasa (22/11), menyatakan "Kondisi dan tantangan pertama yang akan dihadapi Indonesia tahun depan adalah potensi perembetan dampak krisis utang Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia juga harus mengantisipasi implikasi penurunan kinerja ekonomi global terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi nasional. Tantangan selanjutnya adalah masih besarnya potensi aliran masuk modal asing mengingat masih ada disparitas sikap kebijakan antara negara maju dan berkembang. Pernyataan tersebut dilansir oleh faktapost.com.
Maka sangat masuk akal jika Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dalam KTT Asia Timur, di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu menegaskan pendekatan negara yang dipimpinnya itu pada kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia yang notabene menjadi negara terbesar. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Sekretaris PBB, Ban Ki-moon, yang hadir dalam KTT ASEAN-PBB, juga di Nusa Dua, Bali, bahwa Asia Tenggara merupakan kawasan yang sangat siap untuk meningkatkan perannya pada tataran global, dan aspek ekonomi menjadi bagian dari peran itu.
Dari kunjungan-kunjungan tersebut, lagi-lagi Indonesia selalu berposisi sebagai negara yang di kontrol. Bukan negara yang mengkontrol aset-aset dan pasarnya sendiri. Lihat saja perusahaan-perusahaan asing yang begitu gampang menguasai sektor-sektor penting di negeri ini. Salah satunya adalah freepot dan epson mobile yang masih kontroversi sampai kini.
Krisis ekonomi global bukan hanya telah terjebak pada sistem kapitalisme internasional, tetapi juga interpensi pihak asing terhadap prekonomian, sumber daya, undang-undang, perdagangan , dll. bahkan hampir semua asfek strategis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lemahnya kontrol negara kita atas aset-asetnya. Pertama, Indonesia tidak punya keberanian, untuk menutup diri sementara waktu seperti yang dilakukan Iran, Cina, Jepang dan lain-lain. Dengan tujuan memperbaiki secara besar-besaran secara initern sebelum bersaing secara global. Kedua, Indonesia. sudah terbiasa menjual Sumber Daya Alam yang ada pada pihak asing. Konsep yang di kembangkan Indonesia saat ini tidak ubah seperti jaman kolonial dimana hasil kekayaan alam Indonesia dibawa keluar dan lebih menguntungkan pihak asing. Dan bukan hanya itu, Sumber Daya Manusia hanya dijadikan kuli di negeri Sendiri.
PERLU LANGKAH STRATEGIS
Menanggulangi Penyebab dan Dampak Krisis Ekonomi Global masih menjadi berita terhangat dalam bulan-bulan terakhir ini. Berbicara krisis ekonomi bukan berbicara tentang nasib 1 (satu) orang melainkan nasib sebuah bangsa bahkan dunia. Berbagai pendapat dan komentar pun terlontar di berbagai media. Di salah satu media menyatakan bahwa Presiden Yudhoyono menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah tersebut.
Langkah-langkah tersebut antara lain, 1). Terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar kepercayaan masyarakat. 2). Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik. 3). Optimalkan APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan social safety net dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM. 4). Kalangan dunia usaha diminta tetap mendorong sektor riil agar dapat bergerak. "Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. BI dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong sektor riil. Pemerintah juga akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional. 5). Semua pihak agar lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS. "Kita harus mendorong produk kita agar kompetitif dan memiliki daya saing yang baik," katanya. 6). Galakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat. "Kepada para menteri saya minta untuk memberikan insentif dan disinsentif agar penggunaan produk dalam negeri dapat meningkat, kalau perlu juga akan dikeluarkan instruksi agar pengadaan barang dan jasa di departemen mengutamakan produk dalam negeri," kata Presiden. 7). Perkuatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta. "Cegah timbulnya ketidakpercayaan dan saya ingatkan semua pihak memiliki peran yang penting," ujarnya. 8). Semua kalangan diminta menghindari sikap ego sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi. "Hilangkan budaya ego sentris dan juga kebiasaan ’bussines as ussual’," tegasnya. 9). Berkait dengan tahun politik pada 2009, semua pihak diminta memiliki pandangan politik nonpartisan serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam kebijakan-kebijakan politik. 10). Semua pihak diminta melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha serta perbankan.
Pernyataan tersebut diungkapkan dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh seluruh menteri kabinet Indonesia Bersatu, kalangan dunia usaha, dan juga pimpinan media massa nasional, di gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (6/10). Kompas.
Solusi-solusi yang ditawarkan pemerintah memang sangat masuk akal. Namun kita sebagai rakyat yang mempunyai wakil di gedung DPR harus senantiasa mengkontrol dan mengawasi pelaksanaan misi-misi strategis tersebut. Menghadapi krisis itu bukanlah semata adalah tugas pemerintah dan Bank Indonesia tapi badai krisis ini perlu dihadapi bersama. (edy arif tirtana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar