POTRET-POTRET
mendengar lagu kenangan membawaku kembali pulang melihat potret yang ku hasilkan. telah panjanglah potret-potret itu tersusun hingga benar-benar kacau. ada kau, ada dia, ada mereka, ada kita, ada aku yang tersusun beraneka warna. tiap alur adalah tetesan-tetesan peluh dan senyum.
ku persembahkan tiap senyum yang kuhasilkan
kaulah kebahagiaan
kaulah kenikmatan yang berumah disetiap apa yang ada.
kau bersinggasana di ujung harmoni kicauan mayapada
Ngaliyan, 27 Mei 2010
SEBUAH DONGENG
kubacakan sebuah dongeng untukmu
dari negeri seberang, langit terlihat murung
rona wajahnya hilang menjadi tumbal ritual persembahan
dupa dunia takhenti mengepul atas nama kekalnya peradaban
tak siapapun membaca tangis samudra
begitu halus tandatanda menggores langit
karena memang konspirasi awan dan samudra begitu kekal sembunyikan pesan
Johar, 31 Maret 2011
LAPORAN DARI AIR
berikut juluran udara mengikat mendung
memerasnya hingga jatuh air pada manusia, hewan, tumbuhan
selanjutnya menggeluyur sejukkan hamparan tanah yang menandus
ia mengalir, memotret tiap perkara kesewenangan pribadi atas nama kesetimbangan. tersimpan klise-klise air mata yang merembes, keringat yang diperas, darah yang mengalir atas nama semunya perdamaian.
disini maling ditumpas dengan memalingi maling
kekerasan diberantas dengan mengerasi kekerasan
ah…semuanya semu. hanya timpal menimpal saja.
Hingga ia mengalir bermuara di samudra terbakar emosi matahari
kemudian klise-klise itu terbang meguap sebagai laporan pada langit
"restuilah kami bersekutu dengan tanah, api, dan udara memenuhi titah pemusnahanMu pada mereka. restuilah kami….restuilah." kemudian senyap
Mantingan, 2 Pebruari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar