Momen itu terjadi 17 Agustus 2008. Limut terasa sangat dingin meskipun kami sudah menyewa hotel Dinasti. LPJ kepengurusan kang Tohir (2007-2008) berlangsung sampai sekitar pukul 02.00 dini hari. Dilanjutkan pemilihan ketua baru yang nantinya akan melanjutkan estafet kepemimpinan KMJS Cabang Walisongo (2008-2009). Ada empat opsi pilihan saat itu, Ahmad Basori (FT 05), Edy Arif Tirtana (FT 05), Khoirul Awaluddin (FD 05) dan Sofyan An-Nasr (FT 05). Setelah terjadi pembicaraan yang begitu alot, akhirnya dipilihlah cara votting untuk pemilihan ketua. Edy Arif Tirtana adalah nama yang memperoleh suara terbanyak. Namun, ketiga orang itu pada kesempatan yang lain terpilih menjadi ketua di berbagai organisasi. Basori menjadi ketua BKC, Awaluddin menjadi ketua PMII KOM. Walisongo, dan Sofyan menjadi ketua BEM (saat ini DEMA).
Pelantikan kepengurusan dilaksanakan di masjid Al-Ikhlas kampus 3. Dirangkai dengan buka bersama, banyak sekali audien yang datang baik dari angota KMJS sendiri maupun tamu undangan. Acara dimulai dengan ceremonial resmi dilanjutkan dengan penyampaian beberapa materi oleh Bapak Puji Joharnoto, M.Pd tentang KMJS dan doa yang dipimpin oleh Ustd. Syaifudin Zuhri, S. Pd I. Posisi sekretaris di tempati oleh Muhammad Shoim dan bendahara oleh Nurul Afiati.
Di rumah Ovi Petekean lah rapat kerja dan halal bi halal dilaksanakan. Mas Sukiram, S.Sos I (sekarang Dekan di IKIP Veteran) dan mas Yahya Irsyadi, S.Pd I (guru di Mbalekambang) yang memberikan materi kemudian dilanjutkan dengan rapat kerja pengurus. Berbagai kegiatan diagendakan –selengkapnya bisa dilihat di LPJ kepengurusan 08-09-.
Kegiatan pertama adalah Ta’aruf dan Basic Training di Candi Gedong Songo.[1] Ketua panitianya adalah Ahmad Rofiq (FT 07) namun pada hari pelaksanaan ia tidak bisa ikut karena sedang sakit dan dioperasi. Mengenai konsep acara masih seperti kepengurusan kang Tohir. Namun mulai saat itulah KMJS seperti mendapatkan bala’ yang berkelanjutan. Setiap ketua panitia pada kegiatan-kegiatan yang selanjutnya pun mengalami hal yang sama, yaitu sakit.
Tanpa panitia, pertandingan persahabatan dengan KMJS UNNES pun terlaksana. Entah siapa yang memunculkan ide itu pertama kali saya lupa. Tidak sesuai dengan perencanaan semula, petandingan persahabatan berubah menjadi jagong-jagongan persahabatan. Hal itu terjadi karena rombongan dari KMJS Walisongo terlambat datang. Bukan tanpa sebab, mobil[2] yang kami tumpangi mengalami bocor ban. Setelah shalat magrib, kami langsung pulang meski keadaan hujan.
Karena saat itu adalah momen pemilihan CALEG, maka inisiatif yang kami lakukan adalah memanfaatkan momen itu dengan sebaik-baiknya. Akses ke pak Subyakto (sekarang DPR RI Demokrat) di bukakan oleh bapak Puji Joharnoto dengan KMJS Walisongo diberikan undangan untuk merapat ke kediaman pak Subyakto bersama elemen-elemen organisasi yang lain. Disitulah kami bertemu dengan Ulul Aufa yang saat itu juga menjadi Calon ketua DPD Jateng.
Tidak sebatas itu, kami juga mengagendakan sebuah kegiatan untuk siswa SMA sederajat se kabupaten Jepara yaitu “Civic Education”. Ketua panitia kegiatan tersebut adalah M. Sa’idul Kamal (FT 07) –ia juga mengalami sakit-. Pada kegiatan inilah pertama Audiensi dengan Bupati Jepara dilakukan. Tidak seperti yang kami bayangkan, ternyata audiensi berlangsung santai dan penuh dengan humor di ruang Bupati. Mulai dari obrolan tentang kegiatan sampai pada film KCB pun terlewatkan. Dari KMJS diwakili oleh 4 orang –saya lupa lengkapnya- dan dari pihak PEMBDA yang didatangkan adalah Kepala DISDIPPORA, Kabag. PEMERINTAHAN. Pembicaraan saat itu dibuka oleh Bupati Jepara.
Kegiatanpun terlaksana di Gedung Serbaguna PEMDA Jepara.[3] Tidak kurang dari 45 siswa yang datang saat itu. Ditambah dengan kedatangan tamu undangan dari berbagai elemen organisasi, seperti IPPNU-IPNU, PMII, BEM dan lain-lain acara terlihat meriah. Partner kerjasama kamipun (KPUD Jepara) memenuhi permintaan kami untuk memberikan materi beserta alat peraganya. Saat itu materi disampaikan oleh Mustofa (KPUD Jepara), mas Syaifudin Alia (Jurnalis-senior KMJS), dan mas Suqiram. Bupati Jepara memberikan sambutan saat acara.[4]
Masih dalam momen CALEG, KMJS pun mendpat undangan lagi dari salah satu calon DPR RI dari partai Gerindra yaitu Abdul Wakhid (Saat ini DPR RI Gerindra). Dalam peristiwa-peristiwa itu kami berjalan dengan penuh kehati-hatian agar KMJS tetap tidak berwarna. Dari peristiwa itu terjadilah obrolan-obrolan yang semakin inten di intern KMJS Walisongo. Saat itu pula semakin inten kita berhubungan dengan senior-senior untuk bersedia membimbing dan mengarahkan kita.
Kegiatan selanjutnya adalah HUT Jepara. Berawal dari karya tulis Nur Hadi (FT 07) tentang tarian dan makanan khas Jepara serta temuan-temuan yang kami dapatkan dilapangan bahwa masyarakat, khususnya anak muda banyak yang tidak tahu tentang hal itu, maka kita sepakati untuk mengangkat tema budaya tersebut. Kagiatan itu diikuti oleh perwakilan masing-masing SMA sederajat se Kabupaten Jepara.
Kegiatan itu semakin mengena setelah dirangkai dengan wisata sejarah yang diutarakan oleh kang Mustaqim. Maka tema besar acara yang muncul adalah “Culture and History Study”. Ketua panitia kegiatan tersebut adalah Sugiarto (FT 08) –ia juga sakit-. Penampilan tari “Kridha Jati” (Murid Asuhan bu Yayuk) menjadi pembuka acara tersebut disusul dengan wisata sejarah ke Museum Kartini. Pada acara tersebut, wakil Bupati Jepara memberikan sambutan.
Acara itu berlangsung dua hari, yaitu sabtu dan minggu. Hari pertama dilakukan untuk acra di museum dan hari kedua dilaksanakan aksi peduli budaya dan sejarah Jepra. Long march dari museum menuju Tugu Pancasila pun dilaksanakan. Tidak ada kericuhan, bahkan polisi pengawal ikut menandatangani kain putih yang kami sediakan dan menyediakan minuman. Aksi saat itu diakhiri dengan pembagian beberapa ratus stiker, selebaran, dan bunga buatan.
Setelah serangkaian kegiatan itu terselesaikan, maka disepakaktilah dilaksanakan ruatan atau doa bersama untuk keselamatan dan keberlangsungan KMJS Walisongo.[5] Kegiatna itu berlansung begitu saja di masjid kampus 3 dipimpin oleh ustd. Syaifudin Zuhri. Sangat sederhana namun penuh kekhusukan.
Acara HUT KMJS Walisongo[6] menjadi kegiatan penutup sebelum dilaksanakan LPJ kepengurusan. Puji Siswanto (FD 07) yang menjadi ketua panitia dalam kegiatan itu. Terdapat banyak isu yang diusung dalam kegiatan HUT KMJS. Pertama, isu pentingnya pembekalan SDM internal kader menjelang pergantian kepemimpinan. Isu tersebut terangkum dalam sub kegiaitan “Pelatihan Kepemimpinan”. Acara tersebut berlangsung di ruang audio visual museum ronggowarsito. Selain materi kepemimpinan, disitu juga ada ngobrol bareng tentang KMJS dan Perform Teater[7] oleh Ali Khomsin, M Nur Arifin, M Shoim, dan E Arif Tirtana.
Kedua, isu konsolidasi lintas cabang KMJS untuk menentukan sikap terhadap kemoloran kepengurusan KMJS Pusat. Untuk itu, kami melaksanakan kegiatan “turnamen futsal antar KMJS Cabang”. Acara tersebut berlangsung di stadim futsal Calsio Unito Tugu. Diikuti oleh lima cabang (IAIN, UNNES, UNISBANK, STEKOM, IKIP[8]) kegiatna itu berlangsung seru selama dua hari.[9] IAIN merebut juara 1 disusul UNNES dan UNISBANK. Selesai acara tersebut, kita adakan obrolan bareng tentang keberlanjutan hubungan antar cabang dan KMJS pusat.[10]
Ketiga, isu pengabdian pada masyarakat yang tertuang dalam kegiatan bakti soisal di Desa Ngandong Kecamatan Keling. Seperti biasa, diadakan penenaman pohon, pengadaan perpustakaan desa, pertandingan sepak bola persahabatan (KMJS kalah), lomba-lomba, nonton film (Laskar Pelangi), penyuluhan pertanian, kemudian ditutup dengan pengajian umum dan santunan anak yatim. Mauidloh khasanah saat itu diberikan oleh KH. Ahmad Marzuki, SE (Wakil Bupati Jepara). Sepulang kegiatan, kami pergi ke pantai Banyu Towo Balong Beji untuk refreshing.
Kegiatan tiba-tiba yang terjadi untuk kesekian kalinya adalah lounching mars KMJS yang telah diciptakan oleh Mufid Khoirunni’am, S.Sos I di JURAS[11] yang bebarengan dengan tasyakuran wisuda. Tidak seperti biasa, setting tempat saat itu dipenuhi dengan lilin-lilin disekitar tempat acara. Entah siapa yang mensetting saya tidak tahu. Tapi saat itu mulai dari depan perpustakaan institute sudah ada lilin-lilin yang menyala.
Kepengurusan 2008-2009 berakhir tanggal 17 Agustus 2009 di Limut di dalam tenda Pleton dan pepohonan pinus…
Beberapa komentar tentang kepengurusan ini.
Bapak Puji Joharnoti “ada kalanya sesuatu yang lucu direncanakan secara serius, contohnya OPERA VAN JAVA. Tapi di KMJS, sesuatu yang serius bisa muncul dari perencanaan yang lucu dan hanya guyon-guyon.”
Mas Ustd. Syaifudin Zuhri “kepengurusan yang penuh dengan keberuntungan. Banyak hal yang tidak disangka-sangka bisa terlaksana.”
[1] Acara dilaksanakan di pendopo bawah karena peserta sangat banyak. Saat malam pembaiatan, rencana drastic berubah setelah terjadi hujan. Rute perjalanan diperpendek hanya sampai candi 1 saja.
[2] Saat itu kami membawa mobil kijang bak terbuka warna hitam milik Pendi bencong (FS 04). Selain memakai mobil, banyak juga yang memakai motor. Kami juga mengalami kesulitan dalam mencari letak lapangan karena lapangannya tidak berada di kampus UNNES, melainkan di pedalaman desa.
[3] Terjadi musibah yang memilukan seusai acara itu. Motor dari salah satu panitia hilang. Namun Alhamdulillah hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik setelah melewati proses yang amat panjang.
[4] Acara civic education dan liputan kasus ini ada yang melihatnya nongol di motro TV. Namun secara langsung, saya tidak melihatnya. Saya hanya membaca pemberitaan di Koran Jawa Pos dan Swara Merdeka. Mendengarkan di Radio Idola, Kartini, dan er-lisa.
[5] Acara ini sebenarnya adalah respon kita atas sakitnya setiap ketua panitia dan serangkaian musibah yang menimpa KMJS saat itu. Tidak ada konsumsi saat itu, hanya snack kacang dan kripik yang terhidang di beberapa piring dan air putih.
[6] HUT KMJS diisi 3 rangkaian acara, yaitu turnamen futsal antar cabang KMJS, Pelatihan kepemimpinan dan bakti social.
[7] Perform ini hanya memerlukan 1 kali latihan. Tanpa teks dan scenario percakapan. Kita hanya punya tema dan alur cerita. Cerita yang kami mainkan saat itu dimulai dari seorang pemuda yang mencari jati dirinya (afin) yang digoda dengan beberapa karakter. Ali (karakter hura-hura), Shoim (religious), Tirta (perrfeksionis). Namun akhir cerita, pemuda itu memilih menjadi dirinya sendiri.
Terdapat satu peran yang dihilangkan sebenarnya, yaitu Habib (karakter suka sex) namun karena saat kita mersiapin acara pada malamnya ia terkena musibah (matanya terkena potongan kayu hingga dilarikan ke RS Tugu Rejo) maka ia tidak bisa mengikuti acara.
[8] Cabang IKIP sebenarnya mendaftar, tapi karena mereka tidak datang, maka tim mereka didiskualifikasi.
[10] Membi carakan berbagai macam hal. 1. Tentnag keberlanjutan KMJS Pusat, 2. Hubungan masing-masing KMJS Cabang, 3. Penyerahan hadiah dan piala dilaksanakan saat bakti social di Ngandong (sebenarnya penitia kehabisan dana saat itu).
[11] JURAS Terletak di belakang perpustakaan institute. Sebelum diberi hadangan tembok. JURAS adalah lokasi faforit mahasiswa IAIN untuk melaksanakan keigatan atapun sekedar tongkrong menunggu waktu saat sore hari. (edy arif tirtana, disampaikan dalam Anniversary KMJS di FU IAIN Walisongo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar