"Ibu
malah ingin melakukan tes kejujuran pada mereka. Ibu akan taruh uang 300.000
ribu di atas meja rias. Seterusnya Ibu akan perintah Erva dan Ervi secara
bergantian untuk mengambilkan sepatu ibu yang ada di kolong tempat tidur. Kalau
uang tiga ratus ribu itu hilang, berarti kita perlu perbaiki didikan kita pada
Erva dan Ervi. Apa bila uang itu tidak hilang, berarti Alhamdulillah, anak-anak
kita masih dipelihara dari perbuatan yang tidak baik."
UANG IBU YANG HILANG
Pagi yang indah. Udara bertiup perlahan, sangat sejuk.
Kicau bermacam burung saling sahut di depan rumah keluarga Rustam. Tiap burung
yang dipelihara pak Rustam selalu bangun lebih pagi dari penghuni rumahnya.
Bu Rustam terlihat bingung. “Dimana aku taruh uang
seratus ribuanku tadi?” Istri pak Rustam itu bertanya-tanya. Ia kehilangan uang
seratus ribuan. Lama mencari, Ibu dari si kembar Ervi dan Erva itu semakin
penasaran. Jam di dinding kamar sudah menunjuk pukul 06.30 pagi.
Pak Rustam dan kedua anaknya, si kembar Ervi dan Erva
sudah menunggu di meja makan. “Ada apa bu, kok tidak turun-turun? Kami kan
sudah menunggu dari tadi.” Tanya Erva setelah bu Rustam duduk. Rumah keluarga
Rustam memang sangat megah dan berlantai dua.
“Ada apa bu?” Tambah pak Rustam.
“Tadi ibu lama mencari uang yang hilang pak. Seingat
ibu, uang itu masih terletak di atas meja sebelum ibu ke kamar mandi. Tapi
setelah ibu masuk kamar, tiba-tiba uang hilang.” Ekspresi tegang terlihat pada
Ervi dan Erva.
“Sudahlah, nanti dicari lagi. Yang penting, kita makan
dulu. Erva dan Ervi harus cepat. Kalian tidak boleh terlambat ke sekolah.”
Mereka pun makan dengan lahap nasi goreng dan telur serta susu yang telah
disiapkan sejak tadi.
###
Erva dan Ervi duduk di kelas yang sama, sekolah yang
sama dan satu meja yang sama pula. Mereka benar-benar si kembar yang kompak.
Dimana ada Ervi, disana pasti juga ada Erva.
“Kamu kan pasti yang mengambil.” Tuduh Erva pada Ervi.
“Tidak, malahan kamu yang datang ke meja makan lebih
lambat dari pada aku. Jangan-jangan, kamu yang mengambil.” Ervi menuduh balik
Erva.
“Kamu.” Erva Rara kembali.
“Kamu.” Balas Ervi.
“Erva! Ervi! Bisa kalian tidak gaduh.” Suara keras pak
Davi menghentikan aksi saling tuduh antara Erva dan Ervi. Pak Davi adalah guru
bahasa Indonesia di Sekolah Dasar itu.
Saat jam istirahat mereka kembali saling tuduh. Rupanya
mereka sama-sama tidak merasa mengambil uang di kamar ibu. Hari itu adalah hari
yang sangat tidak nyaman untuk Erva dan Ervi di sekolah.
###
Jam 02.00 siang, mereka sampai rumah,
“Assalamu’alaikum.” Teriak mereka serentak.
“Wa’alikum salam.” Pintu pun terbuka. Pak Rustam
menyambut dengan penuh kasih sayang.
Erva dan Ervi langsung pergi ke kamar untuk ganti baju.
Setelah itu makan siang diteruskan tidur siang sampe sore. Itulah kegiatan yang
mereka lakukan tiap harinya usai pulang sekolah.
###
Sore hari, sepulang dari kantor, bu Rustam
bercakap-cakap santai dengan pak Rustam di teras belakang. Rupanya bu Rustam
masih penasaran dengan uang seratus ribunya yang hilang.
“Kira-kira siapa ya pak yang mengambil? Sudah aku cari
dimana-mana lho pak. Tetap tidak ada. Apa mungkin Ervi atau Ervi ya?” Tanya bu
Rustam.
“Ibu malah ingin melakukan tes kejujuran pada mereka.
Ibu akan taruh uang 300.000 ribu di atas meja rias. Seterusnya Ibu akan
perintah Erva dan Ervi secara bergantian untuk mengambilkan sepatu ibu yang ada
di kolong tempat tidur. Kalau uang tiga ratus ribu itu hilang, berarti kita
perlu perbaiki didikan kita pada Erva dan Ervi. Apa bila uang itu tidak hilang,
berarti Alhamdulillah, anak-anak kita masih dipelihara dari perbuatan yang
tidak baik.”
“Aku setuju bu.” Pak Rustam menyetujui.
###
Jam lima sore, saat mereka bercengkrama di ruang
tengah, bu Rustam tiba-tiba menyuruh Erva untuk mengambilkan sepatu ibu yang
ada di kolong meja kamar. Erva bergegas ke kamar Ibu untuk mengambil sepatu.
Erva membuka pintu kamar perlahan. Ia mengambil
sepasang sepatu ibu di kolong meja kamar. Tak sengaja ia melihat tiga lembar
uang seratus ribuan. Lama Erva memandang uang itu. “Ah, aku hanya disuruh ibu
mengambil sepatu, bukan yang lain.” Kata Rara dalam hati. Ia pun berlari
memberikan sepatu itu pada ibu.
Setelah itu, pak Rustam mengecek ke kamar ibu
diam-diam. Ternyata, uang tiga ratus ribuan masih ada di tempat semula. Pak
Rustam pun kembali ke ruang tengah menyusul ibu, Erva dan Ervi.
Tibalah giliran Ervi untuk mengambil sepatu ibu yang
lain. “Tolong Ervi, ambilkan sepatu lagi yang berwarna coklat di kolong tempat
tidur ibu.” Ervi pun bergegas menuju kamar ibu.
Sesampai di kamar ibu ia langsung melihat uang 300.000
di atas meja. “Ibu kok menaruh uang sembarangan ya.” Pikirnya. Uang itu
ditaruhnya di saku. Ervi melangkah, membungkukkan badan menuju kolong tempat
tidur. Ia cari sepatu ibu yang berwarna coklat. Tiba-tiba Riri terkejut, ada
selembar uang seratus ribuan di dalam sepatu itu.
“Ibu…ibu…” Ervi berteriak keras sambil berlari menuju
ruang tengah.
“Aku menemukan uang ibu yang hilang, ternyata ada
di dalam sepatu coklat ini.” Ia pun memberikan uang seratus dan tiga ratus
ribuan tadi pada ibu.
Bu Rustam pun terkejut. “Nah, terjawabkan sekarang.
Uang seratus ribuan ibu terjatuh, bukan hilang. ” Sahut pak Rustam. “Untuk Erva
dan Ervi, tidak boleh saling tuduh tanpa bukti ya. Tidak baik.”
Edy Arif Tirtana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar