ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara prestasi belajar biologi
siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan yang tidak menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa MA Walisongo Pecangaan Jepara
Tahun Ajaran 2010/2011.
Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan (fiel reseach) yang bersifat
deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran
2010/2011 yang jumlahnya sebanyak 29 siswa.
Data hasil
penelitian yang terkumpul, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistik. Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji-t. Dari
penghitungan tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar biologi siswa
yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 mempunyai nilai rata-rata 73,5. yang berada dalam interval 70 – 74 dengan
kategori kurang. Sedangkan prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo
Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 adalah 74
nilai itu berada dalam interval 72 – 74 dengan kategori cukup. Hal ini dapat dilihat dari
hasil analisis statistik bahwa nilai t sebesar
-0,1126225 berada lebih kecil daripada
nilai t yang ada dalam tabel baik pada taraf signifikansi 5% yaitu 1,703 dan
pada taraf signifikansi 1% yaitu 2,473 dengan dk 27.
Dengan dk sebesar
27 diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 5% = 1,701 dan pada taraf
signifikansi 1% = 2,473. atau dapat ditulis, dalam taraf signifikansi 1% thitung -0,1126225 < ttabel
2,473 . jika thitung -0,1126225 > ttabel
1,703. Jadi hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan yaitu
ada perbedaan adalah ditolak, dan hipotesa nihil (Ho) yang mengatakan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan adalah diterima.
Dari hasil
penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) dan yang tidak, pada siswa kelas XI IPA
MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan yang berintikan interaksi
antara siswa dengan pendidik serta berbagai sumber pendidikan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 24-25) Sedangkan
proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam suatu interaksi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dengan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti
yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa
interaksi edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan
berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa
yang sedang belajar. (Moh.Uzer Usman, 2006: 4)
Lebih khusus lagi, bahwa biologi merupakan ilmu yang
mempelajari seluk beluk makhluk hidup, hewan, tumbuhan, dan jasad renik. (M.H. Sitorus, 1999: 23) Dalam biologi
juga dipelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia dengan
segala keingintahuannya. Segenap alat-alat tubuh manusia bekerja masing-masing tetapi
satu sama lain saling membantu. Biologi mempelajari hal tersebut berkaitan
dengan lingkungannya. Kedua aspek itu, baik tubuh manusia maupun alam dipandang
sebagai sistem, dan dalam setiap sistem terdapat komponen-komponen yang saling
menunjang agar keseluruhan sistem dapat berlangsung. (Nuryani,
Y. Rustman, dkk, 2004: 14)
Keseluruhan paparan di atas sejalan dengan pandangan
Dirjen Dikdasmen yang menyebutkan bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi
pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif, tetapi juga
berorientasi pada cara anak didik dapat belajar dari lingkungan, pengalaman,
dan kehebatan orang lain, kekayaan dan luasnya hamparan alam sehingga mereka
bisa mengembangkan sikap kreatif
dan daya pikir imajinatif.
Dengan pendekatan
kontekstual tersebut, seorang guru berusaha menunjukkan kepada siswa, betapa
materi lingkungan hidup yang dipelajari sebenarnya sangat dekat, bahkan
berinteraksi secara langsung dengan pengalaman keseharian mereka. Akibatnya,
pembelajaran materi lingkungan hidup dapat berlangsung dengan penuh makna,
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan
hidup.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, sekolah sebenarnya
telah memiliki piranti-piranti yang terbentuk dalam sistem. Dalam
hal ini adalah kegiatan intra dan ekstrakulikuler. Diharapkan keduanya dapat
bersinergi secara seimbang dan saling mendukung. Sehingga tidak akan muncul
benturan-benturan yang kadang memaksa pendidik ataupun siswa untuk memilih satu
dari kedua pilihan yang menyulitkan.
Dalam kenyataannya terdapat suatu pilihan yang dilematis
antara pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan intra dan
ekstrakulikuler. Hal tersebut karena tidak adanya hubungan yang sinergis antara
keduanya. Atau belum ditemukan formula yang ampuh untuk mengkolaborasikan kedua
potensi itu.
Fakta lapangan
menunjukkan bahwa seorang siswa memperoleh nilai rendah pada mata pelajaran
tertentu, sementara siswa itu menjadi siswa yang paling rajin dalam kegiatan
ekstrakulikuler di sekolahnya. Ia selalu menjadi wakil sekolah dalam setiap
ajang pertemuan maupun perlombaan dan tak jarang ia mendapatkan juara. Apakah
segenap aktifitas ekstrakulikulernya itu menyita waktu belajarnya di rumah
sehingga nilai pelajarannya menjadi korban. (Drs.
Suparlan, M. Ed, 2008: 164) Anggapan itulah yang banyak muncul ketika seorang siswa
mendapatkan nilai kurang memuaskan pada suatu pelajaran.
Jalan keluar dari problema di atas adalah adanya sinergitas antara
kegiatan intra dan ekstrakulikuler. Dalam kegiatan Palang Merah Remaja (PMR)
yang ada di MA Walisongo Pecangaan Jepara, jika dilihat dari materinya,
terdapat suatu hubungan yang saling mendukung dengan kegiatan belajar mengajar.
Materi-materi yang diajarkan dalam PMR sebagian besar merupakan aplikasi dari
materi biologi yang diterima dalam kelas.
Dapat dicontohkan pada materi Pertolongan Pertama (PP),
dalam materi tersebut dipelajari ilmu fa’al (anatomi) terlebih dahulu dan
diikuti dengan studi kasus kemudian praktik lapangan ataupun simulasi. Dalam materi
Perawatan Keluarga (PK), siswa diajarkan tentang ilmu gizi, gejala infeksi
penyakit, dasar-dasar kesehatan dan kebersihan tubuh. Sedang pada materi
Tranfusi Darah, siswa diajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tranfusi
darah beserta praktiknya. Selain materi yang sesuai, Palang Merah Remaja (PMR)
juga menawarkan penghayatan hidup dan pembentukan kepribadian serta mental
siswa.
Di samping materi yang sesuai, dalam Palang Merah Remaja
(PMR) juga terdapat materi yang memang tidak berhubungan dengan pelajaran
biologi seperti sejarah Palang Merah Indonesia (PMI), dasar-dasar ke-PMR-an,
kepemimpinan dan keorganisasian, baris berbaris dan sebagainya. Dalam beberapa
materi itulah yang disinyalir menimbulkan kurangnya waktu belajar siswa di
rumah.
Berangkat dari anggapan tersebut, maka penulis berusaha
untuk memunculkan fakta penelitian bahwa apakah sebenarnya kesibukan seorang
siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam hal ini Palang Merah Remaja (PMR)
dapat menghambat prestasi belajar siswa. Atau kegiatan ekstrakulikuler tersebut
menjadi kegiatan yang positif untuk prestasi belajar siswa di kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara.
Mengingat urgensi dari permasalahan yang
terurai di atas, maka penulis akan melakukan penelitian tentang perbandingan prestasi belajar antara
siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan siswa yang tidak menjadi angggota ekstrakulikuler Palang Merah Remaja
(PMR).
Berangkat dari anggapan tersebut, maka penulis berusaha
untuk memunculkan fakta penelitian bahwa apakah sebenarnya kesibukan seorang
siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam hal ini Palang Merah Remaja (PMR)
dapat menghambat prestasi belajar siswa. Atau kegiatan ekstrakulikuler tersebut
menjadi kegiatan yang positif untuk prestasi belajar siswa di kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara.
Mengingat urgensi dari permasalahan yang
terurai di atas, maka penulis akan melakukan penelitian tentang perbandingan
prestasu belajar antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Palang
Merah Remaja (PMR) dan siswa yang tidak mengikuti atau menjadi angggota
ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR). Dengan demikian, judul yang diajukan
adalah “Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan Siswa yang tidak Menjadi Anggota
Palang Merah Remaja (PMR) pada Siswa Kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara
Tahun Ajaran 2010/2011.”
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diketahui
permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara?
2. Bagaimana
prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara?
3. Adakah
perbedaan yang terjadi antara prestasi belajar biologi siswa yang menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak di kelas XI IPA MA Walisongo
Pecangaan Jepara?
C. Manfaat Penelitian
Setelah
penelitian ini terselesaikan, yang diharapkan adalah adanya kemanfaatan. Setidaknya,
manfaat yang dapat diambil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan telaah para
pendidik untuk meningkatkan dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan tanggung
jawab pendidik maupun siswa.
2. Hasil
dari penelitian ini dapat menjadi bahan koreksi hubungan antara materi
pelajaran biologi dan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR).
3. Hasil
dari penelitian ini dapat menjadi bukti bahwa apakah kegiatan ekstrakulikuler
Palang Merah Remaja (PMR) memang menjadi penyebab turunnya prestasi belajar
siswa atau tidak.
4. Untuk
menambah khazanah bahan kepustakaan bagi yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. LANDASAN
TEORI
1. Prestasi
Belajar Biologi
Untuk mengetahui prestasi belajar biologi, terlebih
dahulu akan dibahas tentang pengertian belajar, pembelajaran biologi kemudian barulah
akan dibahas tentang prestasi belajar biologi secara menyeluruh.
a. Pengertian
Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai
sejak manusia lahir sampai akhir hayat dan merupakan proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,
2007: 11) Dalam hal ini, belajar mensyaratkan adanya perubahan pada diri tiap
individu yang belajar.
Dalam buku yang lain, belajar belajar diartikan sebagai
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman indivudu dan interaksi dengan lingkungan yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:
141) Jadi, dalam menjalankan proses belajar hendaknya tidak hanya mengacu pada
satu ranah saja, melainkan harus mengkolaborasikan antara berbagai macam ranah
demi tercapainya hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga atau psiko-fisik
untuk menuju ke arah perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Pernyataan lain tentang belajar dikemukakan oleh Throndike salah satu
pendiri aliran teori belajar tingkah laku, bahwa belajar adalah proses
interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau
gerakan) dan respon (yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau
gerakan). Atau lebih jelasnya, perubahan tingkah laku itu dapat berwujud
sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau nonkonkret (tidak bisa
diamati). (Hamzah B. Uno, 2008: 7)
Masih
tentang belajar, Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar
menyebutkan bahwa belajar merupakan memodifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening
of behavior through expreriencing). Menurut pengertian trersebut, belajar
merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih dalam dari pada itu, yakni mengalami. Dan
hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. (Oemar Hamalik, 2008: 27) Dari
pernyataan tersebut dapat ditangkap bahwa keberhasilan dalam belajar dapat
diukur dari seberapa bisa pelajar mempraktikan sesuatu yang dipelajari dalam
kehidupannya sehari-hari.
Melihat beberapa definisi di atas, maka belajar dapat
disebut sebagai jenis kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar masih sangat umum
dan bisa mengarah kemana saja, tergantung individu yang melakukannya. Dapat
dikatakan bahwa belajar menghasilkan suatu perubahan tinggkah laku dimana
tingkah laku itu dapat menuju keaarah yang lebih baik, tetapi ada juga
kemungkinan menuju kearah yang lebih buruk. (Ngalim
Purwanto, 2000: 85) Sehingga perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari
belajar, tergantung dari masing-masing individu pelajar. Jadi belum tentu
setelah belajar akan didapat hasil atau menimbulkan perilaku yang lebih baik.
Dari berbagai pendapat para ahli tentang belajar, dapat
dikemukakan adanya beberapa elemen penting dalam belajar. Adapun elemen-elemen
penting tersebut yaitu:
1) Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2) Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam
arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar.
3) Untuk
dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan
akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. (M. Ngalim Purwanto, 1990:
85)
b. Pembelajaran
Biologi
Pengertian pembelajaran serta biologi menjadi hal yang
wajib untuk diuraikan sebelum peneliti membahas tentang pembelajaran biologi.
Hal tersebut dilakukan demi menghindari pembahasan yang tidak fokus. Berikut
akan dibahas berturut-turut mengenai pengertian biologi dan pembelajaran
biologi.
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk
makhluk hidup, hewan, tumbuhan dan jasad renik, masing-masing dikenal sebagai
zoologi dan botani.
(MH.
Sitorus, 1999: 23) Pembelajaran biologi merupakan proses yang diselenggarakan
guru untuk pembelajaran siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam mempelajari seluk beluk makhluk
hidup.
Lebih dikerucutkan lagi, pembelajaran biologi bertujuan
untuk menanamkan kesadaran terhadap keindahan dan ketertatanan alam semesta
sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan
dan keimanan terhadap Tuhan. serta menumbuhkan kesadaran untuk
melestarikan dan menjaganya dari kerusakan. Selain itu, pembelajaran biologi
bertujuan untuk menjadikan warga negara yang menguasai sains dan teknologi demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik
dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jika diurai lebih rinci,
pembelajaran biologi bertujuan untuk:
a. Meningkatkan
kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional serta keimanan
terhadap Tuhan.
b. Memahami konsep-konsep biologi dan
saling keterkaintannya dengan bidang yang lain.
c. Mengembangkan daya penalaran untuk
memecahkan permasalahan yang dialami sehari-hari dalam kehidupan.
d. Menerapkan konsep dan prinsip
biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan
kebutuhan manusia.
e. Mengembangkan keterampilan proses
untuk memperoleh konsep-konsep biologi kemudian menumbuhkan nilai dan sikap
ilmiah.
f. Memberikan
bekal dan pengetahuan dasar untuk melanjutkan belajar ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. (Nuryani Y. Rustaman, dkk., 2003: 61)
Setelah dipaparkan beberapa pengertian tentang belajar,
maka pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
tingkah laku. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkahlaku
menuju ke arah yang lebih baik bagi peserta didik. Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), sistem penyampaian dan indikator pencapaian hasil
belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai, sehingga hasil
belajar atau kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. (Kunandar, 2007: 287)
Pembelajaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Rencana,
ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur
sistem pembelajaran dalam suatu rencana tertentu.
b. Interdependence atau saling
tegantung, dalam arti unsur-unsur dalam sistem pembelajaran serasi dalam suatu
keseluruhan.
c. Tujuan,
berarti sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. (Oemar Hamalik, 2008: 66)
Pelajar diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan
ataupun ilmu yang diperoleh dalam praktik kehidupan sehari-hari. Sehingga
pembiasaan atau praktik bisa dipandang sangat penting dalam rangka mensukseskan
tujuan pendidikan biologi ataupun ilmu-ilmu yang lain. Hal tersebutlah yang sangat ditekankan dalam
pembelajaran biologi.
c. Prestasi
belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah
melalui proses belajar. (Mulyono
Abdurrahman, 1999: 37) Dalam hal ini, belajar merupakan suatu proses. Hasil
belajar dapat berupa keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta kognitif,
kepribadian, sikap, afektif, Kelakuan, keterampilan dan penampilan
psikomotorik. (Sudirman AM, 2001: 28-29)
Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan.
akan tetapi kecakapan dan keterampilan
lihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan
pembagian kerja dilihat sangat penting. Dengan demikian, aktivitas dan
produk yang dihasilkan dari kegiatan belajar ini mendapatkan penilaian. (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2004: 179) Lebih lanjut lagi, setelah hasil belajar
mendapatkan penilaian maka akan menimbulkan statu efek yang dinamai prestasi
belajar. Penilaian yang dimaksud disini bukan hanya berwujud nilai ataupun
angka-angka, melainkan lebih dari itu. Nilai adalah suatu respon dari sesuatu
yang telah dilakukan.
Prestasi merupakan hasil dari usaha yang dilakukan
sebelumnya atau dapat dikatakan sebagai hasil dari apa yang telah dilakukan
atau dikerjakan.
(Depdikbud,
1994: 700) Sedangkan belajar diartikan sebagai sesuatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. (Slameto, 1995: 2) Dalam hal ini prestasi belajar diartikan sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar dan diberi
penilaian.
Selanjutnya,
prestasi belajar merupakan penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan dari
mata pelajaran, biasanya ditunjukan dengan nilai-nilai tes atau angka yang
diberikan oleh pendidik. (Tulus Tu’lu, 2004: 75)
Tes merupakan salah satu wahana
program penilaian pendidikan. Sebagai salah satu alat penilaian, tes biasanya
didevinisikan sebagai kumpulan butir soal yang jawabannya dapat dinyatakan
dengan benar atau salah.
(Mudjijo, 1995:
1) Sedang penilaian atau tes tersebut berfungsi untuk melihat sejauh mana
kemajuan belajar yang telah dicapai peserta didik dalam suatu program
pengajaran.
Jika dilihat dari segi alatnya,
penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non
tes. Tes ini dapat diberikan secara tulisan, lisan, maupun tindakan. Soal-soal
tes ada yang disusun dalam bentuk objektif
dan ada juga yang disajikan dalam bentuk essay atau uraian. Sedangkan
yang termasuk non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner,
wawancara, skala, sosiometri, dan studi kasus. (Nana Sudjana, 2004: 5)
Prestasi belajar ini bisa
dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi
atau tes yang dilakukan oleh pendidik terhadap tugas anak didik dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. (Tulus Tu’lu, 2004:
75) Dengan demikian untuk menuju prestasi belajar, memerlukan hasil yang bias
dibuktikan dengan serangkaian tes. Setelah dilakukan tes, maka diperolehlah
nilai dan kemudian prestasi.
Hasil belajar
yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Baik faktor yang berasal dari dalam diri (internal)
maupun faktor dari luar diri (eksternal). Pengenalan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar penting artinya dalam mewujudkan kompetensi sesuai
dengan yang diharapkan. Faktor-faktor tersebut meliputi:
1) Faktor
internal
a) faktor jasmaniah (fisiologi,
morfologi dan lain sebagainya)
b) Faktor
psikologis: intelegensi, perhatian, minat, kesiapan dan kematangan.
2) Faktor
eksternal
a) faktor
keluarga: cara orang tua mendidik, keadaan ekomoni keluarga, latar belakang
kebudayaan, pengertian orang tua dan suasana rumah.
b) Faktor
sekolah, matode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, metode belajar dan lain
sebagainya.
c) Faktor
masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat.(Slameto,1995: 54)
Hal serupa juga dipaparkan oleh Ngalim Purwanto dalam
bukunya Psikologi Pendidikan. Tetapi dalam buku itu ia menambah faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dengan satu item tambahan, yaitu faktor teknik
belajar.
Teknik belajar merupakan cara yang digunakan pelajar
untuk memahami atau mengambil ilmu dari apa yang ia pelajari saat itu. Ada
beberapa teknik belajar yang dikemukakannya, antara lain:
1) Teknik
totalitas
Metode ini sering disebut dengan metode global. Pembahasan
pelajaran dilakukan secara menyeluruh. Oleh karena itu, metode ini hanya baik
digunakan untuk mempelajari bahan pelajaran yang tak begitu banyak dan panjang.
Misalnya, menghafal devinisi, kata-kata yang sulit, dan sebagainya.
2) Teknik
bagian
Metode ini digunakan jika bahan pelajaran terlalu banyak dan
panjang. Bahan pelajaran secara terpaksa dipotong-potong dan dipelajari secara
bertahap, atau secara sepotong demi sepotong.
3) Teknik
gabungan
Metode ini merupakan kolaborasi antara metode global dan
metode bagian. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode ini adalah
sebagai berikut:
a) Mempelajari
bahan pelajaran secara musyawarah.
b) Membaginya menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil.
c) Mempelajari bagian demi bagian.
d) Diahiri
dengan mempelajari secara menyeluruh.
e) Teknik
berencana (sistematis).
Sebenarnya, seseorang yang belajar mengikuti rencana atau jadwal
dengan tarjet-tarjet tertentu dapat dikatakan telah melakukan kegiatan belajar
secara sistematis. Siapa yang dapat mencapai tarjet belajarnya dengan manajemen
waktu dan pikiran yang tepat dan cepat, maka ia dikatakan telah berhasil dalam
belajar. Belajar tidak boleh hanya berdasarkan hasrat kemauan dan keinginan
saja, sebab dengan hal tersebut akan menyebabkan adanya penumpukan tugas yang
akhirnya dapat memicu stres. Oleh karena itu, belajar yang efektif dan efisien
adalah belajar yang teratur, yaitu dengan menggunakan metode belajar secara
sistematis. (M. Ngalim Purwanto, 2000:115-120)
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu : (Wasty Soemanto,
1998: 113-121)
1). Faktor-faktor
stimulus belajar yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu
untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.
Stimulus dalam hal ini mencakup :
a). Panjangnya
bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah
bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu
yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Sehingga memunculkan faktor
kelelahan dan kejemuan dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak pada
diri siswa. Di samping itu juga menimbulkan “interferensi” yaitu
gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antara kesan
lama dengan kesan baru sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak disadari.
b). Kesulitan
bahan pelajaran
Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan
siswa, demikian juga bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang
intensif.
c). Berartinya bahan pelajaran
Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali yang
berarti memungkinkan individu untuk belajar.
d). Berat
ringannya tugas
Mengenai berat atau ringannya suatu tugas berhubungan
dengan tingkat kemampuan individu, karena kapasitas intelektual serta
pengalaman masing-masing siswa berbeda. Di samping itu, kematangan usia siswa
menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas.
e). Suasana
lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal seperti cuaca, waktu,
kondisi kebersihan tempat dan sebagainya mempengaruhi sikap dan reaksi individu
dalam aktivitas belajarnya, karena belajar adalah interaksi dengan
lingkungannya.
2). Faktor-faktor
metode belajar meliputi hal-hal sebagai berikut :
a). Kegiatan
berlatih atau praktek
Berlatih sebaiknya diberikan secara terdistribusi karena
dapat menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. Dan jangan
diberikan secara maraton (non stop) karena dapat mengakibatkan kelelahan dan
kebosanan.
b). Overlearning
dan drill
Overlearning berlaku bagi latihan ketrampilan motorik
seperti bermain piano atau menjahit. Dan drill berlaku bagi kegiatan berlatih
abstraksi seperti berhitung.
c). Resitasi selama
belajar
Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan juga kemampuan menghafal
bahan pelajaran.
d). Pengenalan
tentang hasil-hasil belajar
Pengenalan terhadap hasil atau kemajuan belajar siswa
adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai akan
lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
e). Belajar
dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian
Belajar mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian adalah
lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian, karena dengan
cara tersebut siswa dapat menemukan set yang tepat untuk belajar. Tetapi
kelemahan metode keseluruhan adalah membutuhkan banyak waktu dan pemikiran
sebelum belajar yang sesungguhnya berlangsung.
f). Penggunaan
Modalitas Indra
Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing siswa
dalam belajar tidaklah sama. Namun yang penting dalam belajar adalah
mengfungsikan ketiga impresi yaitu oral, visual dan kinestetik
dengan selaras.
g). Penggunaan
dalam belajar
Arah perhatian seseorang sangat penting bagi belajarnya.
Dan belajar tanpa set adalah kurang efektif.
h). Bimbingan
dalam belajar
Bimbingan seharusnya diberikan kepada siswa dalam
batas-batas yang diperlukan karena bimbingan yang terlalu banyak cenderung
membuat siswa menjadi tergantung.
i). Kondisi-kondisi
intensif
Intensif adalah obyek atau situasi eksternal yang dapat
memenuhi motif individu. Intensif akan menentukan tingkat motivasi belajar
siswa di masa-masa mendatang.
3). Faktor-faktor
individual yaitu menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a). Kematangan
Kematangan memberikan kondisi di mana fungsi-fungsi
fisiologis termasuk sistem saraf dan fungsi otak menjadi berkembang.
Dengan berkembangnya fungsi otak dan sistem syaraf akan menumbuhkan kapasitas
mental siswa dan mempengaruhi hal belajar siswa.
b). Faktor
usia kronologis
Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat
kemampuan belajar siswa. Anak yang lebih tua adalah lebih kuat, lebih sabar,
lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebih mampu
mengarahkan energi dan perhatiannya di dalam waktu yang lebih lama, lebih
memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik daripada
anak yang lebih muda.
c). Faktror
perbedaan jenis kelamin
Fakta menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti
antara pria dan wanitia dalam hal intelegensi. Namun barangkali yang dapat
membedakan antara pria dan wanita adalah dalam hal peranan dan perhatiannya
terhadap suatu pekerjaan, dan ini merupakan akibat dari pengaruh kultural.
d). Pengalaman sebelumnya
Lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada siswa. Dan
pengalaman yang diperoleh siswa ikut membawa pengaruh terhadap belajarnya,
terutama pada transfer belajar siswa.
e). Kapasitas mental
Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai
kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat fungsi fisiologis pada sistem
saraf dan jaringan otak.
f). Kondisi kesehatan jasmani
Belajar membutuhkan kondisi bahan yang sehat karena badan
yang sakit atau kelelahan akan berakibat pada belajar yang tidak efektif.
g). Kondisi
kesehatan rohani
Gangguan serta cacat mental seperti sedih, frustasi atau
putus asa dan sebagainya pada diri siswa akan mengganggu belajarnya.
h). Motivasi
Motivasi akan menggerakkan siswa pada tindakan dan
mencapai tujuan belajar yang paling dirasa berguna bagi kehidupan.
Untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan,
sebaiknya diperhatikan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
1) Belajar
akan berhasil jika disertai dengan kemauan dan tujuan tertentu.
2) Belajar
akan lebih berhasil jika disertai dengan berbuat, latihan dan ulangan.
3) Belajar akan lebih berhasil jika
memberikan hasil yang menyenangkan.
4) Belajar akan lebih berhasil jika
tujuan belajar berhubungan dengan aktifitas belajar atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya.
5) Belajar akan lebih berhasil jika
bahan yang sedang dipelajari dipahami bukan sekedar menghafal kata.
6) Hasil
belajar dibuktikan dengan adanya perubahan pada si pelajar.
7) Ulangan
dan latihan diperlukan, tetapi harus
didahului oleh pemahaman.
Selain memperhatikan prinsip-prinsip di atas, kita jugas
harus melihat pendapat Bobbi dePorter yang mengutip pendapat Dr. Vernon A.
Magnesen, bahwa orang belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang
didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan didengar 70
% dari apa yang dikatakan, 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakaukan. (Bobbi
dePorter, 2000: 57) Ia juga melanjutkan bahwa keberhasilan belajar ditentukan
dengan suasana menyenangkan dan menggembirakan. Semakin suasana mendukung untuk
dilakukan suatu pembelajaran, tentu saja hasil belajar yang dicapai akan
semakin maksimal. Suasana disini menyangkut suasana eksternal maupun internal
individu.
2. Keterkaitan
Kegiatan Ekstrakulikuler dan Prestasi Belajar di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan, yang
menampung peserta didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan
dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan secara
berkoordinasi dan terarah. Dengan Demikian siswa diharapkan dapat mencapai
prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan
diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan bakat dan minat peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Banyak siswa yang kurang mengetahui bakat dan minat yang ada
pada dirinya sehingga siswa juga kurang maksimal dalam pemilihan kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Dalam hal ini konselor mempunyai peran
yang sangat penting yaitu dalam pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran yang
memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat dan ciri-ciri pribadinya, selain kegiatan
ekstrakurikuler yang mendukung peningkatan hasil belajar siswa, kebiasaan
belajar juga memiliki hubungan yang erat dalam hal peningkatan hasil belajar
siswa. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka diperlukan
pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dan kebiasaan belajar yang baik pula.
Sesungguhnya, kegiatan ekstrakulikuler dan
intrakulikuler merupakan kegiatan utama sebuah institusi sekolah. Anak-anak
berlatih menari di ruang yang telah disediakan. Anak-anak mempersiapkan lomba
di sekolah. Anak-anak berlatih English Conversation di laboratorium
bahasa sekolah. Bahkan anak-anak sehabis olahraga pergi ke kantin sekolah untuk
mengurangi rasa lapar dan haus. Semua kegiatan itu dilakukan di semolah. Semua
itu pula adalah kegiatan ekstra dan intrakulikuler. Keduanya adalah kegiatan
yang saling mendukung dan mempengaruhi. (Drs. Suparlan, M. Ed, 2008: 164)
Dalam pembinaan siswa di sekolah, banyak
wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang
kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan ke arah
pengetahuan yang lebih maju.
Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah
adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program
ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat
dan kemampuannya.
Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya
kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan
terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan
kurikulum.
Yang dimaksud dengan kegiatan terkoordinasi
di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah
ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru,
sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.
Dengan Demikian, kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan
ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran
lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran,
mengingat kegiatan tersebut merupakan Bagian penting dari kurikulum sekolah. (Amal
A.A, 2005: 378)
Kegiatan ini menjadi salah satu unsure
penting dalam membangun kepribadian murid. Seperti yang tersebut dalam tujuan
pelaksanaan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan (1987), bahwa kegiatan ekstrakurikuler harus meningkatkan kemampuan
siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor. Mengembangkan bakat dan minat
siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang
positif. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu
pelajaran dengan pelajaran lainnya. (B. Suryobroto, 1997: 272)
Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi
belajar siswa. Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan
mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan
potensi yang dimiliki.
Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti
pelajaran ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu
pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu
mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi, mengelola,
memecahkan masalah sesuai karakteristik ekstrakulikuler yang diikuti.
3. Organisasi
Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah
Palang Merah Remaja (PMR) dibentuk oleh Palang Merah Indonesia (PMI) di Jakarta pada tanggal 1 Maret 1950 yang dipimpin oleh
Nn. Siti Dasimah, kemudian tokoh lainnya adalah Nn. Paramita Abdurachman.
Palang Merah Remaja (PMR) dahulu bernama Palang Merah Pemuda (PMP). Saat itu 15
cabang PMI yang memiliki Palang Merah Pemuda (PMP) membawahi 2047 orang
anggota. Hal ini adalah perwujudan dari keputusan Liga Perhimpunan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah. Berikut
adalah dasar hukum yang menjamin keberlangsungan Palang Merah
Remaja (PMR) dalam
institusi pendidikan:
a. Perjanjian kerjasama antara
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan Palang Merah Indonesia Nomor
0118/U/1995; Nomor 0090.Kep/pp/V/95, tanggal 24 Mei 1995, tentang pembinaan dan
pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa, warga belajar dan mahasiswa.
b. Keputusan
bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan Palang Merah
Indonesia No. D119/U/1996; Nomor 0320A.KEP/PP/V/96 tanggal 7 Mei 1996 tentang
pembentukan Tim Pembinaan Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, warga
belajar dan mahasiswa.
c. Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor: 0461/U/1984 tanggal 18 Oktober 1984, tentang pembinaan
kesiswaan.
d. Keputusan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor: 226/C/Kep/0/1992, tanggal 27 Juni 1992,
tentang pedoman pembinaan kesiswaan.
e. Surat edaran Jenderal Pendidikan
Nomor: 1.1-052.1974, tanggal 20 Juni 1974, tentang pembentukan Palang
Merah Remaja (PMR) di
sekolah.
Tercantum dalam Bab IV pasal 6 perjanjian kerjasama
Depdikbud RI-PMI disebutkan bahwa, kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) di
sekolah secara fungsional merupakan bagian dari kegiatan Organisasi Siswa Intra
Sekolah di bawah pembinaan seksi kesegaran jasmani dan daya kreasi.
Dengan kata lain, bahwa Palang Merah Remaja (PMR)
merupakan kegiatan ekstrakurikuler sekolah dan masih merupakan bagian dari
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Berarti, Palang Merah
Remaja (PMR) berada di bawah naungan dua lembaga, yaitu sekolah dan
Palang Merah Indonesia (PMI).
Berturut-turut susunan pengurus Palang Merah Remaja (PMR)
di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Pembina
Palang Merah Remaja (PMR) adalah kepala sekolah yang mengatur tugas pembina
teknis dan pelatih Palang Merah Remaja (PMR) yang ada di sekolah tersebut.
b. Pembina
teknis Palang Merah Remaja (PMR) adalah guru atau pelaksana tugas admnistrasi
di sekolah tersebut yang sehari-hari membantu kepala sekolah melaksanakan tugas
pembinaan Palang Merah Remaja (PMR).
c. Pengurus
Palang Merah Remaja (PMR) terdiri dari siswa / siswi yang telah menjadi anggota
Palang Merah Remaja (PMR) dan setelah mengikuti pendidikan dasar Palang Merah
Remaja (PMR).
d. Kemudian
pengurus harian Palang Merah Remaja (PMR) terdiri dari: seorang ketua, wakil
ketua, sekretaris, bendahara, unit bakti masyarakat, unit kesehatan, unit
persahabatan, unit umum.
Tidak semua orang dapat disebut sebagai pengurus ataupun
anggota Palang Merah Remaja (PMR), sebab dalam Palang Merah Remaja (PMR)
mensyaratkan adanya kemauan dan kemampuan untuk menolong sesama umat manusia
yang memerlukan bantuannya atas dasar rasa kemanusiaan yang luhur dan disertai
dengan fisik dan mental yang kuat. Selain itu harus mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) berupa pendidikan dan latihan
kepalangmerahan. Oleh karena itu dalam penerimaan anggota Palang Merah
Remaja (PMR) terdapat beberapa syarat, yaitu:
f. Warga negara Republik Indonesia
g. Berusia antara 7
sampai dengan 21 tahun / belum menikah.
h. Dapat membaca dan menulis
i. Atas
dasar kemauan sendiri atau tanpa paksaan dari pihak manapun
j. Mendapat
persetujuan dari orang tua atau wali
k. Sebelum
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) penuh, bersedia melaksanakan tugas
kepalangmerahan selaku anggota Palang Merah Remaja (PMR) secara sukarela.
l. Permintaan
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) disampaikan secara kolektif kepada
pengurus cabang Palang Merah Indonesia (PMI) setempat melalui pembina Palang
Merah Remaja (PMR) di sekolah masing-masing bagi yang bersekolah. Bagi yang
tidak bersekolah langsung menghubungi cabang / kepala markas Palang Merah
Indonesia (PMI) cabang di masing-masing tempat tinggalnya. (Palang
Merah Indonesia, Materi Pendidikan Palang Merah Remaja, 1991: 62)
Persyaratan-persyaratan tersebut diadakan karena Palang
Merah Remaja (PMR) mempunyai tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan untuk
mendukung terlaksananya tugas dan kewajiban yang nantinya akan dibebankan
kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR). Dari itu, tiap anggota Palang
Merah Remaja (PMR) memerlukan pendidikan sesuai dengan tingkatannya.
Palang Merah Remaja (PMR) diperbantukan dalam tugas-tugas
kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya. Namun tugas dan
kewajiban utama atau tiga pedoman kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) yang biasa
disebut Tri Bakti Palang Merah Remaja (PMR) adalah sebagai berikut:
a. Berbakti kepada masyarakat.
b. Mempertinggi
mutu keterampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan.
c. Mempererat
persahabatan nasional dan internasional. (Palang Merah
Indonesia, tt: 62)
B. HIPOTESIS
PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan
yang diteliti, jawaban ini dapat benar atau salah tergantung pembuktian di
lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh Sutrisno Hadi, “Hipotesis adalah dugaan
yang mungkin benar, mungkin salah atau palsu, dan akan diterima jika
faktor-faktor membenarkannya.
(Sutrisno
Hadi, 2000: 63)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan
hipotesi sebagai berikut:
Ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar
biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan siswa yang
tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2010/2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini peneliti
menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat Ex-Post Facto. Ex-Post
Facto digunakan karena penelitian ini mencoba mengungkap dampak dari suatu
perlakuan yang tidak didahului dengan pengontrolan maupun manipulasi ubahan
yang mengganggu kemurnian hubungan komparatif dari objek yang diteliti.
B. Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Mei
sampai 18 Mei 2011 di Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan Jepara. Adapun objek penelitian adalah kelas XI IPA.
C. Populasi dan Sampel
Penelitian
1. Populasi
Populasi yaitu keseluruhan (benda, alat-alat,
pelajaran, kurikulum) yang dapat dijadikan sumber data. Senada dengan devinisi
tersebut, Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian atau totalitas dari semua objek atau semua individu yang
mempunyai karakteristik tertentu. (Suharsimi Arikunto, 2002: 96)
Dengan demikian, yang dijadikan populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA baik yang menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) maupun yang tidak menjadi Anggota PMR di MA
Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 29 siswa
yang terkumpul dalam satu kelas.
Adapun siswa yang tercatat menjadi anggota
Palang Merah Remaja (PMR) adalah 14 siswa. Sedangkan yang tidak menjadi anggota
Palang Merah Remaja adalah 15 siswa.
2. Sampel
Sampel,
adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi. (Winarno
Surahman, 1990: 93)
Mengenai pengambilan sampel, maka peneliti
berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa “Apabila
subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi sedangkan jika jumlahnya lebih dari
100 orang dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. (Suharsimi
Arikunto, 2002:120)
Jika ditilik lebih lanjut, penelitian ini
bersifat ex-post facto, dalam populasi itu sebelumnya tidak dilakukan
rekayasa atau perlakuan tertentu dari peneliti, melainkan sampel diambil dari
objek yang mendapat perlakuan sama, dari segi kurikulum, jam pelajaran, guru
mata pelajaran, dan yayasan yang sama.
Dalam penelitian ini, populasi terdiri dari 29 siswa. Terbagi
menjadi 14 siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan 15 siswa
yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR). Karena
objek penelitian kurang 100, maka siswa diambil semua sebagai objek penelitian,
berarti ada 29 siswa.
Menurut Prof. DR. Sugiyono dalam bukunya yang
berjudul Statistika untuk Penelitian, bila jumlah n1 tidak sama
dengan n2 sedangkan varian dinyatakan homogen dapat digunakan rumus
t-test dengan polled varians dan dengan besaran dk = n1+ n2
– 2.
Sedang untuk n1 tidak sama dengan
n2 sementara variannya tidak homogen, dapat digunakan t-test dengan
rumus separated varians. Untuk harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung
dari selisih harga tabel dengan dk = n1 – 1 dan dk = n2 –
1, dibagi dua dan kemudian ditambah dengana harga t yang terkecil.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian
atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi III,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 91[1] Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu variabel yaitu prestasi
belajar pada siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) sebagai
variabel (X1) dan prestasi belajar pada siswa yang tidak menjadi
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) sebagai variabel (X2).
E. Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi, peneliti menggunakan beberapa metode yang diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu :
1.
Data Kepustakaan
Data kepustakaan digunakan untuk memperoleh
informasi dalam rangka menyusun teori
yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.
2.
Data
Lapangan
Data lapangan diperoleh dari hasil atau
penelitian lapangan, dalam hal ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut
:
a.
Metode Observasi
Metode observasi, adalah suatu cara
pengumpulan data yang diperoleh dari
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
obyek penelitian. (S. Margono, 1997: 118)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan umum MA Walisongo
Pecangaan Jepara seperti kondisi fisik bangunan, keadaan sosial dan lainnya
yang dianggap perlu.
b.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah sekumpulan data yang
berupa tulisan dokumen, sertifikasi, buku, majalah, peraturan-peraturan,
struktur organisasi, jumlah guru, jumlah siswa, kurikulum dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto,
1999: 143) Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dokumentasi dan
dokumen-dokumen yang ada seperti, struktur organisasi, keadaan siswa, keadaan
kepegawaian, letak geografis serta keadaan sarana dan prasarana.
Selain itu, peneliti menggunakan dokumentasi berupa nilai raport biologi semester
gasal untuk mendapatkan data nilai yang selanjutnya dapat diolah dan diketahui
prestasi belajar siswa yang diperbandingkan, sehingga peneliti tidak perlu
melakukan tes untuk mendapatkan nilai yang akan di olah. Hal tersebut didukung
pula bahwa penelitian ini bersifat ex-post facto.
F. Teknik Analisis data
Penelitian
Metode Analisis Data Penelitian
1.
Pengolahan Data
Setelah semua dapat terkumpul dengan lengkap,
selanjutnya mengolah data tersebut
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Koding
Yaitu usaha untuk mengklasifikasikan dengan
tanda atau kode tertentu.
b. Tabulating
Yaitu proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel.
c. Editing
Yaitu mengolah data dengan meneliti kembali catatan para pencari data
untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat dilanjutkan ke tahap
berikutnya.
d. Analisa Data
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul
dari penelitian yang bersifat kuantitatif, maka peneliti menggunakan analisis
data statistik. (S. Margono, 1997: 191-192)
Analisis tersebut peneliti menggunakan rumus
statistik yaitu t test “Pooled Varians” dengan sampel kecil menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Analisis Pendahuluan
Dalam analisis ini peneliti memasukkan data
yang terkumpul dalam tabel distribusi untuk memudahkan perhitungan dan
mempermudah keterbatasan yang ada dalam langkah pengolahan data selanjutnya.
a)
Menentukan Kualifikasi dan interval nilai
dimana R = NT –NR dan K = 1+3.3 log N
P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi
R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah
K = Banyaknya Kelas N =Jumlah Responden
b)
Menentukan tabel frekuensi
c) Mencari nilai rata-rata dari variabel X1 dan X2
Mean variabel X1 dengan rumus :
Mean variabel X2 dengan rumus:
d)
Mencari varian sampel X1 dan X2
Varians
sampel X1
varians
sampel X2
2) Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis
yang peneliti ajukan. Dalam analisis ini peneliti mengadakan perhitungan lebih
lanjut mengenai tabel distribusi frekuensi yang ada dalam statistik yaitu t
test “Pooled Varians“. Atau “Separated varians.“
Rumus statistik t test “ Pooled Varians “ yang digunakan adalah : Sugiyono, Stastiktika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007),
hlm. 138[2]
Keterangan :
T
: hasil akhir dari perhitungan rumus diatas
dan : nilai rata-rata hitung data kelompok 1
dan 2
S12 dan S22 : varians sampel data
kelompok 1 dan 2
n1 dan n2 : banyaknya data kelompok 1 dan 2
Dalam menentukan data yang dihasilkan homogen
atau tidak, maka digunakan cara Varians Terbesar dibagi Varians Terkecil.
Dengan hipotesis:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Atau dapat ditulis:
Ho : Tidak
ada perbedaan antara motivasi belajar biologi siswa yang bertempat tinggal di
pondok pesantren dengan siswa yang bertempat tinggal di rumah.
Ha : Ada Perbedaan
antara prestasi belajar siswa yang menjadi anggota
Palang Merah Remaja (PMR) dan siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah
Remaja (PMR).
3) Analisis Lanjut
Analisis ini
merupakan pengolahan lebih lanjut dari hasil analisis uji hipotesis. Dalam
analisis ini peneliti membuat interpretasi dari rumus di atas dengan t
tabel t 5% atau 1 %.
Dengan
Interpretasi sebagai berikut :
a.
Jika harga t test dari perhitungan lebih
besar atau sama dengan t tabel maka hipotesis nilai ditolak, berarti ada
perbedaan mean yang signifikan antara kedua variabel.
b.
Jika harga t test dari perhitungan lebih
kecil dari t tabel maka hipotesis nilai diterima, berarti tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kedua variabel.
Atau dengan kata lain, kriteria pengujian
adalah Ho diterima, jika thitung < ttabel.
jika thitung > ttabel maka Ha diterima.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil
Penelitian
- Analisis Pendahuluan
Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar biologi
siswa kelas XI IPA di MA Walisongo Pecangaan Jepara yang menjadi anggota Palang
Merah Remaja (PMR) dan yang tidak, data yang peneliti ambil adalah nilai raport
siswa. Berikut adalah data siswa kelas XI IPA yang menjadi anggota Palang Merah
Remaja (PMR) dan yang tidak dengan nilai raportnya.
Tabel 4.1
Data Nilai Raport Siswa Kelas XI IPA
No
|
Nama
Siswa
|
Nilai
Rapor
|
1
|
A
|
75
|
2
|
B
|
79
|
3
|
C
|
73
|
4
|
D
|
73
|
5
|
E
|
71
|
6
|
F
|
72
|
7
|
G
|
72
|
8
|
H
|
74
|
9
|
I
|
72
|
10
|
J
|
75
|
11
|
K
|
71
|
12
|
L
|
75
|
13
|
M
|
73
|
14
|
N
|
72
|
15
|
O
|
72
|
16
|
P
|
75
|
17
|
Q
|
73
|
18
|
R
|
75
|
19
|
S
|
78
|
20
|
T
|
75
|
21
|
U
|
71
|
22
|
V
|
66
|
23
|
W
|
75
|
24
|
X
|
75
|
25
|
Y
|
72
|
26
|
Z
|
71
|
27
|
Aa
|
76
|
28
|
Bb
|
76
|
29
|
Cc
|
72
|
Sedang untuk mengetahui lebih jelas mengenai
hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada deskripsi sebagai berikut:
a.
Deskripsi data tentang prestasi belajar
biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Untuk menentukan nilai kualitatif prestasi
belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), yang
dalam hal ini disimbolkan dengan X1 adalah dengan menjumlahkan
nilai raport siswa sesuai dengan urutan.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Nilai Raport Variabel X1
No
|
Nama
Responden
|
Nilai
Rapor
|
1
|
A
|
75
|
2
|
B
|
79
|
3
|
C
|
73
|
4
|
D
|
73
|
5
|
E
|
71
|
6
|
F
|
72
|
7
|
G
|
72
|
8
|
H
|
74
|
9
|
I
|
72
|
10
|
J
|
75
|
11
|
K
|
71
|
12
|
L
|
75
|
13
|
M
|
73
|
14
|
N
|
72
|
Jumlah
|
1027
|
Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis
sebagai berikut:
1)
Mencari Interval Nilai
Untuk mencari interval nilai dan menentukan
klasifikasi serta interval di gunakan rumus sebagai berikut:
dimana R = NT – NR dan K = 1+3,3 log N
P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi
R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah
K = Banyaknya Kelas N = Jumlah
Responden
Maka:
R = NT – NR
= 79 – 71
= 8
K = 1+3,3 log N
= 1+3,3 log 14
= 1+ 3,782
= 4,782
dibulatkan menjadi 5
= 1,666
dibulatkan menjadi 2
2)
Mencari Rata-Rata Prestasi belajar biologi
Siswa yang Menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Untuk mencari rata-rata prestasi belajar,
digunakan perhitungan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Deskripsi Frekuensi Variabel X1
Interval
|
f
|
X
|
fX
|
Mean
|
79
– 80
|
1
|
79,5
|
79,5
|
= 73,5
|
77
– 78
|
-
|
77,5
|
-
|
|
75
– 76
|
3
|
75,5
|
226,5
|
|
73
– 74
|
4
|
73,5
|
294
|
|
71
– 72
|
6
|
71,5
|
429
|
|
Jumlah
|
14
|
1029
|
3)
Kualitas Variabel Prestasi belajar biologi
Siswa yang Menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Setelah diketahui nilai rata-rata prestasi
belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), maka
kemudian hasil tersebut dicocokan pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Kualitas Variabel X1
No
|
Interval
|
Keterangan
|
1
|
79
– 80
|
Istimewa
|
2
|
77
– 78
|
Baik
|
3
|
75
– 76
|
Cukup
|
4
|
73
– 74
|
Kurang
|
5
|
71
– 72
|
Buruk
|
Melihat dari tabel kualitas variabel diatas,
menunjukkan bahwa prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang
Merah Remaja (PMR) dalam kategori ”kurang” terlihat dari rata-rata prestasi
belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) adalah
73,5. Sesuai dengan tabel 4.3, nilai tersebut berada dalam interval 70 – 74.
b.
Deskripsi data tentang prestasi belajar
biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Ramaja (PMR)
Seperti diatas, untuk menentukan nilai kualitatif
prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) yang dalam hal ini disimbolkan dengan X2 adalah dengan
menjumlahkan nilai raport siswa sesuai
dengan urutan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Data nilai raport siswa kelas XI IPA
yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
No
|
Siswa
|
Nilai
Rapor
|
1
|
A
|
72
|
2
|
B
|
75
|
3
|
C
|
73
|
4
|
D
|
75
|
5
|
E
|
78
|
6
|
F
|
75
|
7
|
G
|
71
|
8
|
H
|
66
|
9
|
I
|
75
|
10
|
J
|
75
|
11
|
K
|
72
|
12
|
L
|
71
|
13
|
M
|
76
|
14
|
N
|
76
|
15
|
O
|
72
|
Jumlah
|
1102
|
Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis
sebagai berikut:
1)
Mencari Interval Nilai
Untuk mencari interval nilai dan menentukan
klasifikasi serta interval di gunakan rumus sebagai berikut:
dimana R = NT – NR dan K = 1+3,3 log N
P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi
R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah
K = Banyaknya Kelas N = Jumlah
Responden
Maka:
R = NT – NR
= 78 – 66
= 12
K = 1+3,3 log N
= 1+3,3 log 15
= 1+3,881
= 4,881
dibulatkan menjadi 5
= 2,4 dibulatkann menjadi 3
2)
Mencari Rata-Rata Prestasi belajar biologi
Siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Untuk mencari rata-rata prestasi belajar,
digunakan perhitungan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Deskripsi Frekuensi Variabel X2
Interval
|
F
|
X
|
fX
|
Mean
|
78
– 80
|
1
|
79
|
79
|
= 74
|
75
– 77
|
7
|
76
|
532
|
|
72
– 74
|
4
|
73
|
292
|
|
69
– 71
|
2
|
70
|
140
|
|
66
– 68
|
1
|
67
|
67
|
|
Jumlah
|
15
|
1110
|
3)
Kualitas Variabel Prestasi belajar biologi
Siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Setelah diketahui nilai rata-rat prestasi
belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR),
maka kemudian hasil tersebut dicocokan pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Kualitas Variabel X2
No
|
Interval
|
Keterangan
|
1
|
78
– 80
|
Istimewa
|
2
|
75
– 77
|
Baik
|
3
|
72
– 74
|
Cukup
|
4
|
69
– 71
|
Kurang
|
5
|
66
– 68
|
Buruk
|
Melihat dari tabel kualitas variabel diatas, menunjukkan
bahwa prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah
Remaja (PMR) dalam kategori ”cukup” terlihat dari rata-rat prestasi belajar
biologi siswa yang tidak menjadi aggota Palang Merah Remaja (PMR) adalah 74
apabila disesuaikan dengan tabel 4.6, nilai tersebut berada dalam interval 72 –
74.
- Analisis Uji Hipotesis
Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan
serta diterima tidaknya hipotesa yang diajukan, maka dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus :
Keterangan
:
t :
hasil akhir dari perhitungan rumus diatas
dan : nilai
rata-rata hitung data kelompok 1 dan 2
S12 dan S22 :
varians sampel data kelompok 1 dan 2
n1 dan n2 :
banyaknya data kelompok 1 dan 2
Dalam
menganalisis data ini, digunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencari Mean Variabel X1
b. Mencari Mean Variabel X2
c. Mencari Varians Sampel X1
d. Mencari Varians Sampel X2
e. Mencari t
Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a.
Mencari Mean Variabel X1
Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari
variabel X1, maka digunakan rumus :
Keterangan:
Me :
rata-rata
X :
nilai variabel
n : jumlah individu
hasilnya adalah:
= 1027
14
= 73,357
Jadi, mean dari variabel X1 adalah 73,357
b.
Mencari Mean Variabel X2
Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari
variabel X2 maka digunakan rumus :
Keterangan:
Me :
rata-rata
X :
nilai variabel
n : jumlah
individu
hasilnya adalah:
= 1102
15
= 73,466
Jadi, mean dari variabel X2 adalah 73,466
c.
Mencari Varians Sampel X1
Tabel 4.8
Varians Sampel X1
No. Resp.
|
||||
1
|
75
|
73,357
|
1,643
|
2.699449
|
2
|
79
|
73,357
|
5,643
|
31.84345
|
3
|
73
|
73,357
|
0,643
|
0.127449
|
4
|
73
|
73,357
|
0,643
|
0.127449
|
5
|
71
|
73,357
|
-2,357
|
5.555449
|
6
|
72
|
73,357
|
-1.357
|
1.841449
|
7
|
72
|
73,357
|
-1.357
|
1.841449
|
8
|
74
|
73,357
|
0.643
|
0.413449
|
9
|
72
|
73,357
|
-1.357
|
1.841449
|
10
|
75
|
73,357
|
1.643
|
2.699449
|
11
|
71
|
73,357
|
-2.357
|
5.555449
|
12
|
75
|
73,357
|
1.643
|
2.699449
|
13
|
73
|
73,357
|
-0.357
|
0.127449
|
14
|
72
|
73,357
|
-1.357
|
1.841449
|
Jumlah
|
59.21429
|
= 4.554945
Jadi, varians sampel X1 adalah 4.554945
d.
Mencari Varians Sampel X2
Tabel 4.9
Varians Sampel X2
No. Resp.
|
||||
1
|
72
|
73,466
|
-1.466
|
2.149156
|
2
|
75
|
73,466
|
1.534
|
2.353156
|
3
|
73
|
73,466
|
-0.466
|
0.217156
|
4
|
75
|
73,466
|
1.534
|
2.353156
|
5
|
78
|
73,466
|
4.534
|
20.55716
|
6
|
75
|
73,466
|
1.534
|
2.353156
|
7
|
71
|
73,466
|
-2.466
|
6.081156
|
8
|
66
|
73,466
|
-7.466
|
55.74116
|
9
|
75
|
73,466
|
1.534
|
2.353156
|
10
|
75
|
73,466
|
1.534
|
2.353156
|
11
|
72
|
73,466
|
-1.466
|
2.149156
|
12
|
71
|
73,466
|
-2.466
|
6.081156
|
13
|
76
|
73,466
|
2.534
|
6.421156
|
14
|
76
|
73,466
|
2.534
|
6.421156
|
15
|
72
|
73,466
|
-1.466
|
2.149156
|
Jumlah
|
119.7333
|
= 8.552381
Jadi, varians sampel X2 adalah 8.552381
Sebelum masuk pada rumus t-test yang akan digunakan, maka
perlu diuji dulu varians kedua sampel homogen atau tidak. Pengujian homogenitas
varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:
= 1.877603
Harga F hitung tersebut perlu dibandingkan dengan F
tabel, dengan dk pembilang = 15-1 dan dk penyebut = 14-1.
Berdasarkan dk pembilang = 14 dan dk penyebut = 13,
dengan taraf kesalahan ditetapkan = 5%, maka harga F tabel = 2,55.
Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung
lebih kecil atau sama dengan F tabel (Fh ≤ Ft), maka H0
diterima dan Ha ditolak. H0 diterima berarti varians
homogen, dan kalau Ha yang diterima, maka varians tidak homogen.
Hasil dari perhitungan ini di dapat bahwa Fh
lebih kecil dari Ft, maka itu menunjukan bahwa varians
homogen.
e.
Mencari t
-0,1126225
- Analisis Lanjut
Setelah harga t diketahui, kemudian akan diinterpretasikan dengan
identifikasi bahwa apabila nilai t yang diperoleh dari hasil observasi sama
atau lebih besar dari t dalam tabel, baik pada taraf signifikansi 5% atau 1%,
maka hasil penelitian ini menunjukkan signifikan, tetapi apabila nilai t yang
diperoleh dari hasil observasi ternyata lebih kecil dari nilai t dalam tabel,
maka hasil penelitian non signifikan yaitu tidak terdapat perbedaan.
Untuk mengetahui nilai t dalam tabel sebagai pedoman dasar
pembuktian signifikan terlebih dahulu dicari derajat kebebasan (degree of
fredom) atau dk nya dengan rumus sebagai berikut :
dk = n1 + n2 – 2
Dari rumus diatas, maka peneliti memilih salah satu yaitu
dk = n1 + n2 – 2
sehingga dk = n1 + n2 – 2
= 14 + 15 – 2
= 27
Jadi dk nya dapat diketahui sebesar 27
kemudian dijadikan sebagai dasar pembuktian signifikansi. Sedangkan
tabel nilai t yang dijadikan dasar adalah sebagai berikut :
Tabel
4.10
Nilai t Tabel
d. k
|
Harga
t pada Taraf Signifikansi
|
|
5 %
|
1 %
|
|
26
|
1,706
|
2,479
|
27
|
1,703
|
2,473
|
28
|
1,701
|
2,467
|
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa dk sebesar 27 diperoleh t tabel sebagai berikut :
-
Pada taraf signifikansi 5% = 1,701
-
Pada taraf signifikansi 1% = 2,473
Karena t yang diperoleh dalam perhitungan (yaitu t = -0,1126225)
adalah lebih kecil dari pada t tabel (baik pada taraf signifikansi 5% maupun
pada taraf signifikansi 1%) maka hipotesa nihil diterima. Berarti
antara variabel X1 dan variabel X2 tidak terdapat
perbedaan atau kesenjangan yang signifikan.
B. Pembahasan Hasil
Penelitian
Dari hasil perhitungan nilai variabel X1
diketahui nilai rata-rata 73,357. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar
biologi siswa yang menjadi aggota Palang Merah Remaja (PMR) dalam kategori cukup, yaitu pada interval
nilai 75-76. Sedangkan nilai variabel X2 diketahui dengan rata-rata
73,466, yang berarti bahwa prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) dalam kategori kurang, yaitu pada interval
nilai 72-74.
Dengan demikian meskipun terdapat perbedaan
antara mean prestasi belajar biologi siswa yang menjadi aggota Palang Merah
Remaja (PMR) dengan mean prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siawa kelas XI IPA MA Walisongo
Pecangaan Jepara, namun perbedaan itu bukanlah perbedaan atau kesenjangan yang
signifikan setelah diinterpretasikan dengan taraf signifikan 5% maupun 1%.
Dimana didapat hasil thitung lebih kecil daripada ttabel,
yang berarti H0 diterima sedangkan Ha ditolak.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
biologi antara siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang
tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa MA Walisongo
Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 tidak terdapat perbedaan atau
kesenjangan yang signifikan (berarti).
Dari hasil penelitian tersebut dapat
diketahui bahwa prestasi belajar biologi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh
banyak atau sedikitnya alokasi waktu belajar dan kesibukan siswa untuk
melakukan kegiatan diluar belajar materi biologi. Melainkan dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor tersebut berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
(faktor internal) ataupun berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal).
Faktor internal seperti, kesehatan fisik
ataupun mental siswa, kecerdasan, perhatian, minat, kesiapan serta kematangan
siswa. Adapun faktor dari luar diri siswa juga sangat berpengaruh besar atas
prestasi siswa. Prestasi belajar siswa tidak akan membaik jika tidak didukung
oleh keterpaduan dari masing-masing faktor internal dan eksternal siswa.
Selain faktor internal, terdapat faktor yang
berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor eksternal itu misalnya,
faktor kondisi keluarga, faktor kondisi sekolah, faktor lingkungan masyarakat
dan lain sebagainya. Tidak adanya saling mendukung antar faktor internal dann
eksternal siswa, maka prestasi belajar tidak akan bisa maksimal. (Slameto, 1995: 54)
Tidak semua materi yang diajarkan dalam
Palang Merah Remaja (PMR) sesuai dengan materi pelajaran biologi yang diajarkan
dikelas. Karena dalam kurikulum Palang Merah Remaja (PMR) terdapat
materi-materi kepemimpinan, kedisiplinan dan lain sebagainya disamping materi
yang benar-benar berkesesuaian. Misalnya, materi Pertolongan Pertama, Materi
Kesehatan Reproduksi Remaja, Materi Ilmu Fa’al dasar dan lain sebagainya.
Karena heterogenitas fokus materi Palang Merah Remaja (PMR) tersebut, maka
kecerdasan siswa dalam mengatur waktu dan mensikapi suatu hal sangat
berpengaruh.
C. Keterbatasan Penelitian
Hasil apapun telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, namun
peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti terjadi banyak kendala dan
hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan,
melainkan terjadi karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian. Adapun
keterbatasan yang dialami peneliti dalam penelitian ini adalah pengukuran
penelitian yang hanya pada prestasi belajar biologi dan populasi yang diteliti
hanya satu kelas saja.
Selain itu, tempat penelitian hanya terbatas
di MA Walisongo Pecangaan Jepara, sehingga apabila dilakukan di sekolah lain,
hasil penelitian ini dimungkinkan berbeda.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan setelah diadakan pembahasan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Prestasi belajar biologi siswa yang
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo
Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 mempunyai nilai rata-rata 73,5. yang berada dalam interval 70 – 74 dengan kategori kurang.
2. Prestasi belajar biologi siswa yang
tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 adalah 74
nilai itu berada dalam interval 72 – 74 dengan kategori cukup.
3. Berdasarkan pada analisis kuantitatif
di atas menunjukkan bahwa Prestasi belajar biologi antara siswa yang menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak menjadi anggota Palang Merah
Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA di MA Walisongo Pecangaan Jepara tidak
terdapat perbedaan atau kesenjangan yang signifikan.
Hal
ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik bahwa nilai t sebesar -0,1126225 berada
lebih kecil daripada nilai t yang ada dalam tabel baik pada taraf signifikansi
5% yaitu 1,703 dan pada taraf signifikansi 1% yaitu 2,473.
Jadi
hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan yaitu ada perbedaan adalah ditolak, dan
hipotesa nihil (Ho) yang mengatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
adalah diterima.
B. Saran-saran
Dengan
merendahkan
hati dan tetap menaruh rasa hormat kepada pihak manapun, peneliti akan
mengajukan beberapa saran demi kemajuan mutu pendidikan dan sekaligus akan
menjadi pelengkap skripsi yang peneliti buat.
Adapun
saran-saran yang peneliti ajukan adalah
sebagai berikut :
1. Saran bagi siswa :
Siswa hendaknya bisa aktif di kegiatan ekstrakulikuler
yang diselenggarakan di sekolah. Karena dengan itu diharapkan siswa mampu
memperkaya pengalaman.
Jika prestasi belajar siswa menurun, maka secepatnya
harus melakukan introspeksi diri sehingga tidak terlalu cepat menyalahkan
faktor-faktor lain di luar dirinya. Lebih banyak menurunnya prestasi belajar
siswa disebabkan olah ketidak mampuan siswa dalam mengatur waktu belajar dan
kegiatan-kegiatan lain.
Siswa harus terus belajar dengan sungguh-sungguh dalam
keadaan apapun, baik di rumah maupun sekolah.
2. Saran bagi Guru dan Pembina Palang Merah Remaja
(PMR):
a. Hendaknya guru atau pembimbing pada
ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR), dapat mengintegrasikan materi
pelajaran pada tiap materi Palang Merah Remaja (PMR).
b. Baik guru mata pelajaran maupun
Pembina Palang Merah Remaja (PMR), bisa lebih kreatif dalam menyampaikan
materi.
3. Saran
bagi orang tua :
a. Bagi
orang tua, seharusnya dapat selalu memberikan dukungan pada siswa untuk
melakukan kegiatan disekolah sesuai dengan hatinya.
b. Hendaknya
tidak menyalahkan keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler jika
terjadi kegagalana siswa dalam belajar. Karena kegagalan itu terjadi karena
banyak sebab.
C. Penutup
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya terselesaikanlah skripsi ini. Selanjutnya
sangat diharapkan saran serta kritik
yang membangun dari pembaca. Semoga dapat menjadi referensi untuk melakukan
penelitian-penelitian yang selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
AM, Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 5, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktis, Edisi
Revisi III, Jakarta: Rineka
Cipta, 1992.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan
Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Azis, Shaleh Abdul dan Abdul Azis Abdul
Majid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris, (Mesir: Darul Ma’arif), hlm. 169.
Azwar,
Syaifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Arruzz, 2007.
Chaniago, Mukhtar dan Tuti
Tarwiyah Adi, Analisis SWOT Kebijakan Era
Otonomi Daerah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah serta Direktorat Pembinaan
Kesiswaan, Petunjuk Pelaksanaan Palang
Merah Remaja di Sekolah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1996.
dePorter, Bobbi, Quantum
Teaching, Bandung: Kaifa, 2000.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Hamid, Jabir Abdul, Siikuuluujjiyyah at-Ta’lim, Mesir:
Darun Nadloh al-Arobiyah, 1978.
Kunandar, Guru
Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru,
Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan,
Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
Mudjijo, Tes
Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Mustaqim Dan Abdul Wahib, Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Palang Merah Indonesia, Materi Pendidikan Palang Merah Remaja, Jakarta: Markas Besar Palang
Merah Indonesia, 1991.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1990.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rosyda Karya, 2000.
Rustaman, Nuryani Y., dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi,
Jakarta: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matemátika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.
Sitorus, MH., Istilah-istilah Biologi,
Bandung: Irma Widjaya, 1999.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta:
Rineka Cipta 1995.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Sudjana,
Nana, Penelitian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2004.
Sugiyono, Stastiktika Untuk Penelitian,
Bandung: Alfabeta, 2007.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2004.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Supriadi, Dedi, Membangun
Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung: Rosyda Karya, 2004
Surahman, Winarno, Pengantar Penelitian
Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1990.
Trianto, Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya: Prestasi Pustaka, 2009.
Tu’lu, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku
dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004.
Uno, Hamzah B., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Yakarta: PT Bumi
Aksara, 2008.
Usman, Moh.Uzer, Menjadi Guru Professional,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006.
RIWAYAT HIDUP PENELITI
A. Identitas Diri
1.
Nama Lengkap : Edy Arif Tirtana
2.
TTL : Jepara, 17 Desember 1986
3.
NIM :
053811143
4.
Alamat Rumah : Tubanan Timbul RT 01/ 02 Kembang Jepara
HP : 085 290 953 301
Blog : ruangtirta.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar