RAHASIA KAK HANUM
Kami berlari-lari di sepanjang pantai melewati juluran ombak yang sesekali menghantam kaki. Kami berkali-kali terjatuh karena ombak nampaknya lebih tinggi dari langkah kami. Kami sudah bosan membuat istana pasir. Kami ingin sesuatu yang lain.
“Hei kapal, kami ikut berlayar
dong!” teriak Sofi sambil melambai-lambaikan tangannya seakan-akan Pak Nahkoda
melihatnya saja. “Jangan dituruti Pak. Sofi belum pamitan sama ibunya!” Di awali
Roni, kami pun ikut berteriak. “Iya pak. Kami ikut kata Roni.” “Ah…kalian nggak
kreatif, bisanya nyontek.”
Pasir di genggaman Sofi pun melayang
ke baju Udin. Selanjutnya butiran pasir beterbangan kemana-mana. Menempel di
baju Hasan, Nafis, Edy, Roy, Rudi dan Hanum kakak Tirta.
Pantai Kartini sabtu itu ramai
sekali. Sumbangan gelak tawa rombongan kami tak kalah keras dengan
teriakan-teriakan turis asing yang asyik bermain bola plastik di bawah pohon
waru besar itu. Waw, pokoknya super menyenangkan, liburan gratis ke Pantai
Kartini Jepara.
Eh iya, sepertinya ada yang terlupa
ku ceritakan. Tentang mengapa kami bisa
berlibur ke Jepara geratis. Iya kan?
###
Tiga hari yang lalu, sebelum kami
ramai-ramai pergi ke Pantai, Tirta bercerita padaku tentang kakaknya yang lulus
UN SMA. Hanum namanya.
“Ris, kakakku hebat banget.” Tirta
mengawali pembicaraan. “Bagaimana tidak. Ia bisa lulus UN bahkan terbaik di
sekolahnya.” Ia meneruskan.
“Apanya yang istimewa,” cergahku
dengan nada datar.
“Ya iyalah. Habib, teman kakakku
satu kelas pernah bertanya padaku tentang apa sih rahasia kakak kok bisa tahu
lebih dulu pelajaran yang diajarkan guru? Aku terperangah dan bingung saat di
tanya seperti itu. Aku lihat kakak biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa.
Selanjutnya aku bilang saja tidak tahu pada teman kakak itu.” Begitu jelas
Tirta padaku.
Aku mulai tertarik dengan cerita
Tirta.
“Nah, pertanyaan itulah yang
membuatku penasaran untuk mengetahui apa
sih rahasia kak Hanum sebenarnya.” Dengan matanya yang melotot Tirta meyakinkanku.
“Mulai hari itu, aku memperhatikan
gerak-gerik dan keseharian kakak.” “Terus, sudah tahu rahasianya apa?” tanyaku
memotong. “Nanti dulu. Pada awalnya, aku tak menemukan hal yang istimewa dari
kakakku. Tapi satu minggu setelah aku diijinkan untuk tidur dikamar kakak, saat
itulah ku temukan rahasianya,” ucap Tirta begitu semangat.
“Ternyata, saat semua terlelap.
Kakak mulai bangun dan mengerjakan sesuatu yang tidak dilakukan oleh
orang-orang yang lain.” “Tidak seperti kamu, kerjanya molor terus.” Tirta
tertawa cekikian. Dengan penuh canda, kulayangkan tanganku ke pundaknya.
Kamipun tertawa bersama.
“Seakan masih tertidur pulas
kupusatkan pandangan ke arah kak Hanum yang terjaga saat itu. Ia melangkah ke
kamar mandi selanjutnya memakai perlengkapan shalat. Entah shalat apa aku tidak
tahu. Empat rakaat tepatnya. Selesai shalat, Ia pun mengangkat tangan. Ku kira
Ia sedang berdoa. Aku tetap masih dalam posisi semula. Setelah pakaian
shalatnya di lepas, kakak meraih buku-buku pelajaran yang tertata rapi di meja.
Selanjutnya di baca.
“Waw, hebat banget.” Begitu kataku
di hati. “Jam berapa saat itu Tir?” tanyaku mengejar. “Kira-kira jam 02.00
sampai 04.00 pagi,” jawabnya. “Ooo…ternyata itu rahasianya.” Aku pun
manggut-manggut pertanda paham. “Iya, doa dan usaha tanpa putus asa.”
“Terus, apa hubungannya dengan
liburan gratis saat ini Tir?” tanyaku penasaran.
“Pagi itu, di meja makan, kubeberkan
semua rahasia Kak Hanum didepan Ayah dan Ibu. Dari situlah kak Hanum berjanji
kalau ia lulus UN dengan nilai terbaik, aku diperbolehkan mengajak delapan
temanku berlibur ke pantai Kartini bersama ia. Gratis.”
“Ada petuah yang tak bisa ku lupa
dari Kak Hanum bahwa keberhasilan harus dicapai dengan perjuangan yang keras
tanpa putus asa. Kata Kak Hanum lagi, aku harus lebih baik darinya.” “Lalu apa
jawabmu Tir?” tanyaku penasaran. “Siap kak. Aku akan menjadi yang terbaik di
SDku.”
Begitulah percakapan itu
berlangsung. Tak berbeda dengan Tirta, aku pun termotivasi dengan kata-kata Kak
Hanum. Bahwa aku juga harus bisa menjadi yang terbaik dan akan terus berusaha.
Sekarang, kita kembali ke pantai
Kartini lagi. Tidak ada kata yang dapat kuungkapkan selain puas, segar dan
gembira. Laut biru berombak landai, pasir putih terhampar luas, patung
kura-kura raksasa seakan terus melihat kami pulang saat matahari tenggelam. Tak
terasa, satu hari pun terlewati. Liburan gratis yang tak terlupakan di pantai
yang begitu indah.
Edy Arif Tirtana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar