Gara-gara
ada kamera pengintai, seisi kelas bisa kelihatan semua. Ancaman besar tuh buat
kelompok tiga dungu itu. Biasanya, saat tes mereka pasti nyontek punya teman.
Tapi kali ini berbeda. Ada kamera pengintai. Semua perbuatan licik mereka pasti
kelihatan dan terekam. Cernak ini mengkisahkan bagaimana cerdiknya kelompok
tiga dungu mengatasi kamera pengintai. Apakah mereka mampu mendapat nilai bagus
meski ada kamera ? Selamat menikmati...
KAMERA PENGINTAI
“Anak-anak,
mulai hari Senin besok di kelas ini akan dipasang kamera pengintai.”
“Ha..ha..ha,”
se isi kelas tertawa terbahak-bahak.
“Dimana
kamera pengintai itu akan dipasang Pak?” Hendri, yang mejanya tepat di depan
pak guru mulai bertanya.
“Bapak
masih merahasiakan tempatnya. Siapa saja yang mencontek, gaduh dan mengganggu
temannya saat mengerjakan try out akan terlihat. Maka jangan coba-coba
melakukan tiga hal itu. Kalian pasti ketahuan.”
Seisi
kelas nampak terbengong. Mereka mungkin kaget sekaligus tak percaya di kelas
itu akan di pasang kamera pengintai. Keberadaan kamera pengintai sangat
mengancam bagi mereka yang hobi mencontek.
Berita
itu jadi bahan pembicaraan siswa kelas enam. Pendapat mereka berbeda-beda. Ada
yang merasa senang karena ada kamera di kelas mereka. Ada juga yang merasa
terancam dan sedih karena ia tak bisa mencontek lagi. Eko, Supri dan Wahyu
termasuk siswa yang merasa terancam dengan adanya kamera pengintai itu.
“Wah,
bagaimana ini. Ada kamera pengintai di kelas kita. Pertanda buruk.”
“Mau
tidak mau, nanti malam kita harus ngebut belajar. Gara-gara kamera pengintai,
malah kita yang jadi repot.”
“Tapi
aku ada ide, kita kan sama-sama siswa yang kurang pandai. Bagaimana jika nanti
malam kita belajar bersama di rumahnya Pak Sucipto saja. Nanti biar aku yang
minta ijin pada beliau.”
“Boleh
juga tuh. Tapi kamu lho yang minta ijin ke pak Sucipto.”
“Sip,
nanti aku yang minta ijin.”
Sebelum
jam istirahat selesai, Wahyu pergi ke ruang guru untuk menemui Pak Sucipto.
Langkahnya ke ruang guru begitu meyakinkan. Eko dan Supri melihatnya dari
kejauhan.
“Ada
apa Wahyu?” tanya Pak Sucipto.
“Begini
Pak, seumpama kami bertiga nanti malam belajar kelompok di rumah Bapak, boleh
atau tidak?”
“Siapa
saja?”
“Saya,
Eko dan Supri Pak.”
“Boleh.
Dengan syarat kalian harus mendapat ijin dari orangtua kalian masing-masing.”
Mendapat kabar gembira, Wahyu langsung menyusul Eko dan Supri yang dari tadi
mengawasi dari kejauhan.
“Sudah
beres. Kita diperbolehkan belajar kelompok di rumah Pak Sucipto. Tapi ada
syaratnya.”
“Apa
syaratnya?”
“Kita
harus minta ijin dulu pada orangtua kita.”
“Gampang,
nanti biar ayahku yang mengantarkan kita ke rumah Pak Sucipto pake mobil. Biar
aku juga yang nanti mengijinkan kalian.”Eko nampak sangat yakin dengan idenya.
Eko tergolong siswa yang kaya. Orangtuanya punya banyak mobil. Rumahnya pun
lantai tiga.
###
Sore
hari, sekitar jam empat sore, terlihat satu mobil mewah warna putih keluar dari
garasi rumah Eko. Tak begitu lama mobil itu tiba di rumah Wahyu seterusnya
lurus menuju rumah Supri. Mobil warna putih itu berjalan pelan menuju rumah Pak
Sucipto.
Sesampai
rumah Pak Sucipto, mereka benar-benar belajar dengan tekun. Malam itu mereka
dibimbing langsung oleh Pak Sucipto. Mereka nampak sungguh-sungguh
memperhatikan semua penjelasan dari Pak Sucipto. Tidak seperti di kelas. Mereka
bertiga adalah biang kegaduhan.
Tepat
jam sembilan malam mereka berpamitan. Tidak ada yang tahu apa yang mereka
bicarakan dalam mobil. Yang pasti malam itu mereka sangat senang. Mereka yakin
sudah siap mengerjakan soal try out meski ada kamera pengintai. Malam ini
mereka bisa tidur nyenyak.
###
Waktu
try out pun tiba. Nampak siswa kelas enam berjajar rapi dalam kelasnya. Soal
pun dibagikan satu persatu. Semua wajah terlihat tegang.
“Ingat,
berdoa dulu sebelum menjawab soal. Mulai sekarang kalian harus jujur dan
percaya pada diri kalian sendiri. Ada kamera pengintai yang selalu mengawasi
kalian. Kalian pasti bisa.”
Tidak
ada kegaduhan. Semuanya berkonsentrasi pada soal dan jawaban. Tak ada yang
mencontek. Tak ada lagi siswa yang mengganggu temannya. Sangat berbeda dengan
try out yang sebelumnya. Saat ini kelihatan lebih tenang dan nyaman.
Kini
semua lembar jawab telah dikumpulkan pada pak Sucipto. Eko, Supri dan wahyu
adalah siswa yang paling lambat mengumpulkan lembar jawaban.
Semua
percaya di kelas itu ada kamera pengintai. Mereka tak pernah tahu dimana letak
kamera pengintai itu. Letak kamera pengintai Masih dirahasiakan sampai
sekarang, kecuali padaku. Kamu ingin tahu dimana kamera pengintai itu
diletakkan?
Kata
Pak Sucipto, kamera pengintai itu ada pada dirimu sendiri. Semua apa yang kamu
lakukan bisa terekam dalam kamera pengintai itu. Tidak hanya di kelas, tapi
kamera itu terus mengintai dimana pun kamu berada. Kamera pengintai itu
menyimpan rekaman seluruh apa yang kamu kerjakan. Kamera pengintai itu
menyimpan semua perbuatan mu yang kelak akan dilaporkan pada Tuhan. Sekarang
kamu tetap ingin mencontek? Hati-hati, semua perbuatan mu terekam kamera
pengintai.
edy arif tirtana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar