Begitu gampang orang menyalahkan orang yang lainnya. Begitu gampang seseorang mengkafirkan dan memberikan cap ahli neraka pada orang yang lain. Banyak orang yang ditertawakan, diejek bahkan dikucilkan hanya karena dia berbeda dari lumrahnya. Sudah banyak korban berjatuhan akibat penilaian kita yang lahir terlalu dini dan dangkal. Ah, semua penilaian itu hanya bullsyitt belaka.
Sampai sekarang aku belum menemukan satupun alasan yang bisa diterima otakku ketika ada sekelompok orang mengkafirkan dan mengecap neraka kelompok yang lainnya. Yang nyata, kita semua ini –mau beriman atau tidak- tetap tidak akan bisa membuktikan dan tahu secara pasti bentuk neraka seperti apa sebelum mati, diakhirat.
Lalu nerakanya siapa yang mereka gunakan untuk mengecap orang itu? apa jangan-jangan mereka sudah memiliki cadangan neraka eksklusif yang mereka ciptakan khusus untuk suatu golongan tertentu. Atau jangan-jangan mereka itu Tuhan/yang mewakili Tuhan. Hi, ngeri kalau sudah mbahas sampai situ. Tuhan kok diwakili.
Tidak hanya di wilayah agama dan kepercayaan saja. Orang-orang yang sok bener sendiri ini telah merambah keberbagai macam lini kehidupan. Padahal, kalau kita berbicara soal kebenaran, tidak ada kok kebenaran yang universal banget. Kebenaran atau kebaikan itu hanya bisa berlaku atau dinikmati oleh sebagian orang saja.
Contoh simpelnya adalah ketika kita berdebat atau ngobrol ringan tentang suatu hal. Semisal tentang GENDER. Jangan kamu anggap bahwa keadilan gender itu pasti baik dimana pun dan kapan pun. Untuk kaum pria pasti lebih sering menjumpai hal ini. Buat kamu wanita yang sering merenung dalam, pasti juga menyadari akan hal ini.
Menurutku, dalam kehidupan di dunia ini. Lebih baik, yang dikedepankan adalah seberapa manfaat ucapan dan perbuatan yang kita lakukan untuk orang banyak dan sebaliknya, seberapa banyak perbuatan kita itu menimbulkan kesengsaraan buat orang lain. Itulah yang lebih baik dipertimbangkan sebelum berangkat ke wilayah benar dan salah serta dosa dan neraka.
Edy arif tirtana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar