Jika kamu adalah anak kota, alias anak yang tinggalnya di kota yang penuh dengan tembok,tembok dan tembok, maka dijamin, film ini pasti membuat kamu iri. Sebuat rumah yang di sekelilingnya terhampar taman bunga, air sungai jernih mengalir bermuara di telaga, suara jangkrik, burung dan makhluk-mahluk kecil lain yang saling bersaHutan membentuk harmoni alam. Sungguh sempurna. film ini memberikan kita harapan dan cita-cita untuk hidup lebih lama di bumi.
Film ini bisa jadi sangat berkaitan dengan mitos yang berkembang di Jepang –hanya perkiraanku sih-. Film ini diangkat dari novel Mary Norton yang berjudul "The Borrowers", yang dalam bahasa Indonesia nya berarti "Si Peminjam". Nah, kalau kamu orang Jawa, pas nonton film ini, 70 % pasti kamu akan teringat pada hantu yang terkenal paling unyu, yaitu “Tuyul."
Hubungan Tuyul di Jawa dan Arrietty di Jepang
Film ini lebih bercerita tentang kehidupan gadis kecil yang suka bertualang, namanya Arrietty. Aku lebih suka menyebutnya kecil ketimbang cantik. Ya, itu karena dia adalah tokoh kartun, nggak bisa dijadiin pacar, apa lagi istri. Lagi pula dia memang benar-benar kecil kok. Kecil secara umur dan kecil juga secara postur. Dicerita-cerita kuno Jepang, makhluk itu disebut dengan “peminjam” –dugaanku saja sih-.
Nah, gini. Ngomong tentang ukuran tubuh si Arrietty, biar labih mudah kamu ngebayanginnya, maka aku berikan sedikit perbandingan saja. Ya, kalau kamu pernah lihat kurcaci di film-film Hollywood, maka dia jauh lebih kecil dari itu. Dia tidak lebih besar dari kecoa, tapi agak sedikit lebih besar dari semut hitam. Sudah kebayang ukuranya seberapa kan? Pasti sudah.
Pas nonton film ini, karena aku adalah orang Jawa, aku malah kepikiran tentang sosok "Tuyul". Buat kamu yang belum tau dan kenal sama Tuyul, baiklah sedikit aku jelaskan. Sebutan Tuyul nampaknya hanya populer di pulau Jawa dan sekitarnya. Tuyul termasuk spesies hantu unyu yang sama sekali nggak menyeramkan. Bentuknya kecil dan kebanyakan tidak berambut, alias pelontos. Kamu bisa bayangin sendiri bentuknya seperti apa.
Sedikit ngomong tentang Tuyul. Di Jawa, Tuyul adalah hantu yang suka diperalat oleh manusia untuk mencuri uang dan suka meminta tumbal, maka Arrietty dan kaumnya itu agak berbeda. Dalam mitos Jepang, kaum Arrietty itu hanya disebut dengan “manusia kecil”, bukan hantu seperti vampir dan lainnya –hanya perkiraanku-. Mereka lebih populer dengan sebutan "peminjam", meski dalam film itu hanya ada satu benda pinjaman yang dikembalikan, yaitu sepotong gula batu yang tinggal secuil. Apakah mereka lebih cocok disebut “pencuri kecil yang manis”? Entahlah.
-Jangan-jangan si Arrietty masih ada garis persaudaraan dengan bangsa Tuyul yang hidup di Jawa dan sekitarnya. -
Sedikit Ulasan Tentang Film Arrietty
Ada 2 tokoh utama dalam film itu. Arrietty mewakili kaum peminjam yang sedang berjuang mempertahankan kaumnya itu agar tidak punah, dan Sho mewakili manusia biasa -dia adalah remaja yang sedang berjuang untuk tetap hidup karena serangan penyakit jantung. Dia meyakini umurnya tidak akan panjang lagi- semenjak ketemu Arrietty, semangat hidupnya bertambah besar.
Eh iya, Ada 1 lagi tokoh lagi. Ini tokoh penting, tapi tidak termasuk utama. Namanya Haru, ia adalah pembantu di rumah itu. Dia lah yang menyebabkan si Sho ada ketersambungan erat dengan Arrietty. Dia jugalah yang membuat Sho terinspirasi pada semangat hidup dan semangat juang Arrietty untuk tetap hidup dan bertahan dari kepunahan.
Secara keseluruhan film ini cukup bagus. Meski dalam hal alur banya yang masih nggak jelas dan seperti kepotong-potong. Endingnya juga lumayan mengecewakan karena, nggak sesuai dan seindah yang aku inginkan. Tapi itu jauh lebih keren sih ketimbang film-film FTV yang sangat mudah ditebak setiap alur dan endingnya gimana.
Ada satu pesan paling mendasar yang ditonjolkan dalam film ini, yaitu semangat. Ya, semangat untuk tetap bertahan dan melanjutkan hidup meski dalam kondisi paling sulit sekali pun. Setiap manusia harus selalu melanjutkan hidup, apa pun cobaan dan rintangan yang menghadangnya. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.
---
Patut aku berterimakasih pada Refi Yuliana yang memberiku kesempatan untuk menikmati film ini. Kalau nggak ada dia, aku nggak tahu kapan aku bisa nonton film ini –lebay banget-. Jika kamu tertarik ingin merasakan sensasi “mistis” menonton film ini, kamu bisa pesan langsung ke aku. Silakan pesan langsung lewat kolom komentar atau buku tamu. Kamu juga bisa request di account FBku arif tirtana maupun FB yang ngasih aku film ini, yaitu refi yuliana. Sampai jumpa di “Ngaji Film” sesi selanjutnya.
Film ini bisa jadi sangat berkaitan dengan mitos yang berkembang di Jepang –hanya perkiraanku sih-. Film ini diangkat dari novel Mary Norton yang berjudul "The Borrowers", yang dalam bahasa Indonesia nya berarti "Si Peminjam". Nah, kalau kamu orang Jawa, pas nonton film ini, 70 % pasti kamu akan teringat pada hantu yang terkenal paling unyu, yaitu “Tuyul."
Hubungan Tuyul di Jawa dan Arrietty di Jepang
Film ini lebih bercerita tentang kehidupan gadis kecil yang suka bertualang, namanya Arrietty. Aku lebih suka menyebutnya kecil ketimbang cantik. Ya, itu karena dia adalah tokoh kartun, nggak bisa dijadiin pacar, apa lagi istri. Lagi pula dia memang benar-benar kecil kok. Kecil secara umur dan kecil juga secara postur. Dicerita-cerita kuno Jepang, makhluk itu disebut dengan “peminjam” –dugaanku saja sih-.
Nah, gini. Ngomong tentang ukuran tubuh si Arrietty, biar labih mudah kamu ngebayanginnya, maka aku berikan sedikit perbandingan saja. Ya, kalau kamu pernah lihat kurcaci di film-film Hollywood, maka dia jauh lebih kecil dari itu. Dia tidak lebih besar dari kecoa, tapi agak sedikit lebih besar dari semut hitam. Sudah kebayang ukuranya seberapa kan? Pasti sudah.
Pas nonton film ini, karena aku adalah orang Jawa, aku malah kepikiran tentang sosok "Tuyul". Buat kamu yang belum tau dan kenal sama Tuyul, baiklah sedikit aku jelaskan. Sebutan Tuyul nampaknya hanya populer di pulau Jawa dan sekitarnya. Tuyul termasuk spesies hantu unyu yang sama sekali nggak menyeramkan. Bentuknya kecil dan kebanyakan tidak berambut, alias pelontos. Kamu bisa bayangin sendiri bentuknya seperti apa.
Sedikit ngomong tentang Tuyul. Di Jawa, Tuyul adalah hantu yang suka diperalat oleh manusia untuk mencuri uang dan suka meminta tumbal, maka Arrietty dan kaumnya itu agak berbeda. Dalam mitos Jepang, kaum Arrietty itu hanya disebut dengan “manusia kecil”, bukan hantu seperti vampir dan lainnya –hanya perkiraanku-. Mereka lebih populer dengan sebutan "peminjam", meski dalam film itu hanya ada satu benda pinjaman yang dikembalikan, yaitu sepotong gula batu yang tinggal secuil. Apakah mereka lebih cocok disebut “pencuri kecil yang manis”? Entahlah.
-Jangan-jangan si Arrietty masih ada garis persaudaraan dengan bangsa Tuyul yang hidup di Jawa dan sekitarnya. -
Sedikit Ulasan Tentang Film Arrietty
Ada 2 tokoh utama dalam film itu. Arrietty mewakili kaum peminjam yang sedang berjuang mempertahankan kaumnya itu agar tidak punah, dan Sho mewakili manusia biasa -dia adalah remaja yang sedang berjuang untuk tetap hidup karena serangan penyakit jantung. Dia meyakini umurnya tidak akan panjang lagi- semenjak ketemu Arrietty, semangat hidupnya bertambah besar.
Eh iya, Ada 1 lagi tokoh lagi. Ini tokoh penting, tapi tidak termasuk utama. Namanya Haru, ia adalah pembantu di rumah itu. Dia lah yang menyebabkan si Sho ada ketersambungan erat dengan Arrietty. Dia jugalah yang membuat Sho terinspirasi pada semangat hidup dan semangat juang Arrietty untuk tetap hidup dan bertahan dari kepunahan.
Secara keseluruhan film ini cukup bagus. Meski dalam hal alur banya yang masih nggak jelas dan seperti kepotong-potong. Endingnya juga lumayan mengecewakan karena, nggak sesuai dan seindah yang aku inginkan. Tapi itu jauh lebih keren sih ketimbang film-film FTV yang sangat mudah ditebak setiap alur dan endingnya gimana.
Ada satu pesan paling mendasar yang ditonjolkan dalam film ini, yaitu semangat. Ya, semangat untuk tetap bertahan dan melanjutkan hidup meski dalam kondisi paling sulit sekali pun. Setiap manusia harus selalu melanjutkan hidup, apa pun cobaan dan rintangan yang menghadangnya. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.
---
Patut aku berterimakasih pada Refi Yuliana yang memberiku kesempatan untuk menikmati film ini. Kalau nggak ada dia, aku nggak tahu kapan aku bisa nonton film ini –lebay banget-. Jika kamu tertarik ingin merasakan sensasi “mistis” menonton film ini, kamu bisa pesan langsung ke aku. Silakan pesan langsung lewat kolom komentar atau buku tamu. Kamu juga bisa request di account FBku arif tirtana maupun FB yang ngasih aku film ini, yaitu refi yuliana. Sampai jumpa di “Ngaji Film” sesi selanjutnya.
1 komentar:
wah ternyata di jepang ada tuyul jg ya...
Posting Komentar