Rss Feed
Rss Feed

Jumat, 08 Maret 2013

CINTAKU INGIN MEMBUNUHMU


CINTAKU INGIN MEMBUNUHMU

Yang kudapati adalah penyesalan. Mengapa tak cepat memahami rasa cinta di hatiku. Mengapa aku begitu bodoh membiarkannya jatuh dalam pelukan cinta yang tak tepat. Sampai ia mati gantung diri, baru aku sadari cinta yang bersemayam di hatiku teramat besar. Iya, cinta untuk Restu.
Dari ujung senja Restu berlari kencang. Sesekali ia meloncat-loncat layaknya kuda kegirangan. Sorot sunset dari belakang membuat efek siluet. Tubuhnya hitam seperti bayang-bayang. Sore itu laut menjadi saksi sebuah jawab. Jawab asmara yang menghapus siksa gelisah dari benak sahabat terbaik ku, Restu.
Angin laut membawa sayup suaranya padaku. Ia makin mendekat. Semakin jelas ekspresi dan apa yang Restu teriakkan dari kejauhan tadi.
“Aku diterima!!! Aku diterima!!!” Restu nampak kegirangan.
Nafasnya ngos-ngosan lantaran jarak antara laut dan tempatku duduk menunggu lumayan jauh. Restu memegang tanganku. Ia mengajakku menari-nari seperti dulu waktu kami masih kecil. Saat bulan purnama, kami sering bermain di halaman rumah nenek. Kami saling berpegangan tangan lalu berputar-putar sambil bernyanyi. Namun kali ini tanpa nyanyian, hanya tertawa-tawa kencang dan aku mengimbangi.
“Cintaku diterima Ervi. Uhuy uhuy. Cintaku diterima Ervi.” Perlahan ia melepaskan tangan dan berhenti berputar. Kami berdua membungkuk kelelahan. Saat berdiri, kami menarik nafas sangat panjang. Wajah Restu masih terlihat sumringah.
“Tuh kan, seperti kataku. Kau tak perlu lama membiarkan Ervi tenggelam dalam ketidakpastian. Aku ini cewek. Aku tahu sifat cewek yang tidak suka menunggu terlalu lama. Aku sudah menduga ia pasti menerima cintamu.”
Pandangan Restu tajam ke arahku. “Aku tak pernah bermaksud membiarkannya menunggu Dri. Aku hanya ingin memastikan bahwa Ervi memang spesial dan aku layak menitipkan hati padanya. Aku tak main-main dengan cinta ini. Akan ku jadikan ia satu-satunya untukku. Tak ada yang kedua, sampai kapan pun.”
“Ah, kau memang pintar merangkai alasan Restu. Nyatanya kau baru mengungkapkan cinta setelah aku paksa. Aku harus mengeluarkan berbagai alasan untuk sekedar membuatmu yakin akan cintamu. Aku tahu kau hanya ingin dihargai sebagai seorang lelaki Restu.” Kami berdua tertawa keras. Aku tahu sebenarnya ia, dan ia juga tahu bagaimana aku.

###

Sejak sore itu, tak ada lagi Restu yang kerap ngobrol denganku tentang cinta dan kehidupan. Ia seakan hilang dengan cerita cinta terakhirnya padaku. Sempat aku menyambangi rumahnya, namun ia juga tak ada. Kata ibunya, ia sekarang sering pergi. Saat kutanya lebih lanjut, bu Yasmi mengaku tak begitu tahu.
Restu tak pernah membalas kiriman SMS dari ku. Aku juga tak pernah berani meneleponnya karena aku tahu ia tak begitu suka ditelepon. Meski hari-hari berlangsung biasa, aku tak bisa pungkiri rasa ini. Rasa kehilangan yang tak jelas apa artinya.
Aku tahu sepenuhnya tentang Restu. Ia cowok yang teramat baik. Ia punya pandangan yang amat suci tentang cinta. Menurutnya, cinta adalah wahyu. Cinta adalah anugerah. Cinta tak bisa direkayasa oleh siapa pun. Cinta adalah pengabdian. Cinta adalah penghargaan dan dalam cinta tak pernah ada yang dilecehkan.
“Ah, konsep cintamu itu terlampau suci di zaman sekarang Restu.” Sanggahku saat itu.
“Maka bersiaplah kau merasakan banyak noda dalam perjalanan cintamu. Yang jelas lebih digemari saat ini adalah konsep cinta gado-gado. Cinta ya harus dicampur nafsu, amarah, tuntutan dan kekecewaan biar lebih seru dan tidak membosankan.” Tambahku.
 “Aku sangat yakin dengan konsep cintaku ini Dri. Kau jangan coba memengaruhi jalan pikirku.”
“Aku tidak mempengaruhi. Aku hanya mengungkap kenyataan. Aku seorang cewek Restu. Aku lebih tahu jika semua cewek suka ketegangan. Cewek lebih memilih cowok yang seru meski tak setia ketimbang cowok setia tapi membosankan. Kelak kau akan membuktikan.”
“Lihat saja nanti.” Jawabnya.
“Kamu menantangku?” Kami pun tertawa bersama saat itu.
Andai aku punya radar, saat ini juga akan kulacak keberadaan Restu. Sedang apa dia sekarang? Bagaimana nasib cintanya? Apakah ia masih kuat bertahan? Ah, ia berhasil membuatku rindu dan penasaran.

###

Setengah tahun aku bertahan dengan kerinduan. Ia menjadi sangat misterius dalam benakku. Aku tak pernah lagi melihat, apalagi bertemu dengannya. Ia benar-benar menghilang dari edaran hidupku.
Aku menyesal telah mengantarkannya pada cinta Ervi. Cinta yang membuatku kehilangan. Cinta yang membuatku terus bertahan dalam kerinduan. Cinta yang membuatku tersadar akan perasaan cinta pribadiku padanya. Iya, aku mencintai Restu.
Yang kudapati sekarang adalah penyesalan. Penyesalan yang sangat mendalam. Mengapa aku harus membiarkannya jatuh dalam pelukan cinta yang tak tepat. Cinta Ervi ternyata racun bagi kehidupan Restu.
Restu sekarang telah mati. Ia terbujur kaku di hadapanku. Sebelum ia memutuskan gantung diri, Ia sempat mengirim SMS padaku. SMS yang masih ku simpan sampai sekarang.
“Sahabatku Edriyani, semua perkataanmu benar tentang cinta. semua keyakinanku tentang cinta ternyata salah. Kaulah yang menang. Kau benar sahabatku. Selamat tinggal. Terimakasih telah mau mendengarku selama ini. Selamat tinggal, semoga di akhirat kita bertemu lagi.” SMS itu membawaku makin tenggelam dan tak bisa mentas lagi.
Sekarang kudapati Restu terbujur kaku. Ia tak bernafas lagi. Cinta Ervi membunuhnya. Dadaku sesak. Seperti ada yang tercerabut. Muncul iblis dari dalam diriku. Aku sangat bernafsu lumuri tanganku ini dengan darah. Iya benar, darah Ervi. Ia juga harus mati. Aku berjanji bara cinta ini akan membunuhnya sebelum aku bertemu Restu kembali. Ingatlah, aku akan membunuhnya dengan cinta.
Jika suatu saat kau melihat Ervi, tolong kabari aku. Aku akan membunuhnya dengan cinta.     

edy arif tirtana

Tidak ada komentar: